05 - 1: Prolog

219 21 1
                                    

Setiap orang memiliki yang namanya kelemahan. Superman yang hebat sekalipun bukan apa-apa saat dihadapkan pada kryptonite, selain seorang mesum yang memakai celana dalam di luar. Kalau Superman saja begitu, bagaimana dengan orang biasa? Bonghwan menaruh malang pada Jo Hwajin yang dihadapkan pada kematian, dan hati Raja Cheoljong mencelos.

“Akan kuungkap kebenarannya!” Raja Cheoljong melemas di lutut, tak akan sanggup jika kekasih hatinya harus dihukum mati.

“YANG MULIA IBU SURI AGUNG, SAYA SIAP MENERIMA HUKUMAN ANDA!” Hwajin juga tak ingin pria pujaan hatinya celaka.

“BUKAN SELIR AGUNG YANG SEPANTASNYA MENERIMA HUKUMAN INI!” Raja Cheoljong berteriak memohon, dan ini sangat memilukan. Tidak seharusnya seorang raja bersikap seperti ini, terlebih di depan banyak orang.

“Yang Mulia, tolong,” Hwajin memohon.

“Apakah kau bermaksud menentang titah Raja, sekarang?” Raja Cheoljong juga memohon pada kekasih hatinya itu, agar ‘mengalah’ saja dalam hal ini.

Tetes-tetes darah berjatuh dari telapak tangan Raja Cheoljong yang menggenggam pedang yang menghunus leher Jo Hwajin, dan itu ….

…. Bagi orang biasa, kelemahan tidak ada bedanya dengan ladang ranjau; yang satu sama menjadi kelemahan bagi yang lain, dan semuanya jadi sama terseret ke ‘Neraka’. Jang Bonghwan yang ‘mendekati sempurna’ pun juga memiliki kelemahan, yang tidak lain adalah; dia paling tidak tahan kalau ada pria lain yang lebih keren daripada dirinya. Oleh karenanya ….

“TUNGGU!” Bonghwan menghentikan segala pembelaan Raja Cheoljong terhadap Jo Hwajin, bagai menyela akad pernikahan.

“TUNGGU!” Bonghwan menghentikan segala pembelaan Raja Cheoljong terhadap Jo Hwajin, bagai menyela akad pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia TIDAK BISA membiarkan siapa pun LEBIH KEREN terutama di depan wanita yang disukainya. Yah, anggap saja ini adalah satu-satunya kelemahan yang dimiliki seseorang yang telah terlalu sempurna. Bonghwan ‘naik’ ke ‘panggung’ dan mengambil alih seluruh perhatian. Lantas dia duduk melipat dan berkata, “Saya, selaku tokoh dalam peristiwa ini, akan mengungkapkan kebenarannya.”

Ibu Suri Agung mendengarkan.

“Saya,” sebut Bonghwan, dengan bangga, “mencoba membunuh diri saya sendiri.”

Apa? Hwajin maupun Raja Cheoljong tersentak.

Kaupikir, aku akan diam saja sementara kau keren sendirian, Cheoljong? Pahlawannya itu aku. Bonghwan tidak akan kalah dari Raja Cheoljong.

“Karenanya, saya harap tidak ada setetes darah pun yang harus berjatuh,” lanjut Bonghwan, dan dia puas sekali atas kekerenan dirinya ini. Tapi ….

“Apa yang baru saja kau katakan?” Ibu Suri Agung melotot.

“Yang Mulia Ibu Suri Agung, dengan sangat disayangkan, saya memang betul-betul mencoba membunuh diri sendiri. INI adalah wasiat yang selalu saya pegang,” Bonghwan menunjukkan bukti percobaan bunuh dirinya itu, ‘seolah’ dia adalah orang luar dan tak ada kaitannya sama sekali dengan peristiwa tersebut.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang