16 - 5: Berpaling dari Kenyataan

167 16 0
                                    

“Yang Mulia, Selir Agung datang,” Kasim Kepala memberi tahu Raja Cheoljong, dan Selir Agung dipersilakan memasuki ruang tidur Raja ini, yang kebetulan Raja hanya sedang membaca di meja kecilnya.
Hwajin memberi salam kepada Raja.

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Raja, terkait pengkhianatan Ibu Suri terhadapnya yang sebelumnya Cheoljong beri tahukan.

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Raja, terkait pengkhianatan Ibu Suri terhadapnya yang sebelumnya Cheoljong beri tahukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Selepas berlatih panah, saya merasa lebih baik, dan kini sudah tenang seperti sediakala.” Hwajin duduk, berhadap Raja.

“Syukurlah jika begitu.” Raja lega.
Melihat setumpuk gulungan di meja Raja, Hwajin berkata, “Banyak sekali yang mesti Anda kerjakan padahal malam sudah begini larut.”

“Kau tidak perlu mencemaskan itu,” jawab Raja, bukan menolak. Dan, di samping dua gulungan yang membuka di meja Raja, ada pula setumpuk pendek buku yang buku paling atasnya adalah ‘Dongmonseonseup’, buku yang menyimpan ‘kenangan’ masa kecil Hwajin dan Cheoljong.

Hwajin tersenyum melihat buku itu, lantas mengambilnya, melihat sedikit isinya yang telah usang, dan berkata, “Andai saya tahu Anda akan amat menyayangi buku ini, Yang Mulia, saya akan menjaganya dengan lebih baik; tidak mencoret-coretnya seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hwajin tersenyum melihat buku itu, lantas mengambilnya, melihat sedikit isinya yang telah usang, dan berkata, “Andai saya tahu Anda akan amat menyayangi buku ini, Yang Mulia, saya akan menjaganya dengan lebih baik; tidak mencoret-coretnya seperti ini.”

Cheoljong mengambil salah satu gulungan, entah dengan maksud mengusir Hwajin atau hanya tidak ingin mendengarkan bualannya mengenai buku tersebut.

“Ah, tampaknya Anda sangat sibuk. Sebaiknya saya tidak menyita waktu Anda terlalu banyak. Maaf, Yang Mulia,” lantas Hwajin pun bangkit untuk undur diri, tapi ….

“Selir Agung,” Raja memanggil, lirih, dan Hwajin menoleh. Katanya, pada Hwajin yang menunggu, “Ada perihal yang sampai saat ini belum sempat kukatakan padamu. Aku … tidak menaruh hati padamu, karena kau adalah anak yang kutemui di sumur delapan tahun yang lalu. Aku jatuh hati padamu, ketika kita bertemu, selepas aku kembali ke Hanyang setelah pelarianku yang panjang.”

“Mm,” Hwajin bingung harus berkata apa, dan tepat ketika ini, Kasim Kepala memberitahukan kedatangan Pangeran Yeongpyeong dan masuklah Pangeran Yeongpyeong ke ruangan pribadi Raja Cheoljong ini. Pangeran Yeongpyeong dan Hwajin sama canggung ketika melihat satu sama lain.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang