06 - 6: Demi Menemukan Ketenangan Hati

217 15 2
                                    

“Kau sudah dengar?” Ibu Suri menyengaja datang ke kediaman Hwajin di Bungalo Istana hanya untuk, “Semua orang membicarakannya di istana ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau sudah dengar?” Ibu Suri menyengaja datang ke kediaman Hwajin di Bungalo Istana hanya untuk, “Semua orang membicarakannya di istana ini. Katanya, Ratu mengorbankan diri untuk menyelamatkanmu, yang telah mencoba membunuhnya.”

“Aih. Siapa yang menyebarkan berita seperti itu? Apakah Yang Mulia Ratu sendiri?” Hwajin baru mendengar berita tersebut dari Ibu Suri ini.

“Huh. Karena itu, kau dijuluki Penyihir Bungalo sekarang, sedangkan Ratu disebut-sebut bagai Buddha, malaikat, dan segalanya yang baik-baik!” Ibu Suri sangat emosi.

“Sekarang semua orang akan membenci dan mencercamu. Ah, sudah tentu dia merencanakan semuanya sejak awal. Dia bahkan mendatangiku ke kuil dan terang-terangan mengancam. Jadi ini rupanya?” Ibu Suri sungguh kebakaran jenggot di depan Hwajin, entah hanya sandiwara atau bukan.

“Saya akan menemui Yang Mulia Raja dan mengingatkan, supaya tidak terpedaya lagi oleh kebohongan Yang Mulia Ratu,” tekad Hwajin, keras, tapi ….

Ibu Suri tidak yakin, “Apakah Raja akan memercayai perkataanmu?”

“Yang Mulia Raja akan selalu memercayai perkataan saya,” Hwajin yakin sekali.

“Dalam Temu Pagi tadi, kudengar, Raja menolak pelengseran Ratu dengan tegas,” sebut Ibu Suri, mengenai ketidakyakinannya akan usulan Hwajin tadi. Tapi, walau bagaimanapun Hwajin tetap pergi menemui Cheoljong, yang masih ber-HUACH-HUACH di Balai Huijeong.
Hwajin datang.

“Oh, Hwajin-ah. Kebetulan sekali, aku pun ingin menemuimu karena ada yang perlu dibicarakan,” kata Raja, membuka obrolan terlebih dahulu.
Hwajin senang mendengarnya dan bertanya, “Apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya?”

Cheoljong pun mengajak Hwajin duduk terlebih dahulu, dan barulah bicara, “Pada Temu Pagi hari ini, ada permohonan mengenai pelengseran Ratu.”

“Oh, bagaimana bisa?” Hwajin pura-pura tidak tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Oh, bagaimana bisa?” Hwajin pura-pura tidak tahu.

“Ratu telah berkorban demi menyelamatkan kita tempo hari, dan rasa-rasanya tidak pantas jika kita diam saja kali ini. Karenanya, aku berniat untuk meminta Juru Tulis Istana agar menghapus permohonan itu. Bagaimana menurutmu?” Cheoljong bertanya.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang