07 - 5: Paling Menderita Sendiri

213 15 1
                                    

Di Biro Persenjataan, sembari bersiap pulang di tengah malam ini, Hong Byeolgam mengeluh tentang betapa paling lelah dirinya di istana ini sementara yang lain bisa bersantai, “Haih, selain aku, semua orang pasti sudah tidur nyenyak di rumah. Hm, betapa baiknya aku, dalam situasi seperti ini pun masih bisa bersenandung. Omong-omong, biasanya Kim Hwan sudah datang ini, tapi ke mana dia ya?”

Brurak.

“Itu dia,” Hong Byeolgam tahu Kim Hwan datang, dan keluar dari ruangannya, menyambut kedatangan kawan tak pekanya itu yang rupanya datang bersama—

“Itu dia,” Hong Byeolgam tahu Kim Hwan datang, dan keluar dari ruangannya, menyambut kedatangan kawan tak pekanya itu yang rupanya datang bersama—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Siapa ini?” Hong Byeolgam tak mengenal.

“Oh. Ini kawan baruku,” kata Kim Hwan, memperkenalkan, “Namanya Lee Saengbang. Selagi mencari Lee Saengmang, aku malah bertemu dengannya. Ah, sungguh takdir yang luar biasa. Aku membawanya kemari untuk minum dan main tujeon bersama denganmu.”

Selama perkenalan, Lee Saengbang hanya mengiya-iyakan dengan bangga, sambil sesekali mengelus-elus janggutnya yang tidak ada.

Hong Byeolgam nyinyir, “Kaupikir biroku ini kedai minuman, mau minum-minum dan main tujeon di sini? Seenaknya saja.”

“Aih. Bukankah biasanya juga begitu?”

“Itu, karena jika hanya kau orangnya. Kim Hwan. Kau seorang,” tegas Hong Byeolgam, sembari mengelus pipi Kim Hwan dengan … agak risih Kim Hwan karenanya.

“Lagi, apakah kau memang semurah ini?” Hong Byeolgam menuntut seolah cemburu, “Kau berkawan dengan siapa saja, mencari teman ke mana-mana. Kukira kau orang yang ramah, karena itulah aku berkawan denganmu.”

Kim Hwan bingung tak mengerti. Lantas, Hong Byeolgam memunggunginya dengan sombong, tapi kemudian berbalik lagi hanya untuk memisahkan rangkulan akrab Kim Hwan dan Lee Saengbang dan menjampi-jampi, lalu membuang diri kembali ke ruangannya. Baik Lee Saengbang maupun Kim Hwan, tak ada yang mengerti isi hati dan pikiran Hong Byeolgam.

Di dalam ruangannya, Hong Byeolgam duduk dan menunggu; memunggungi pintu dengan wajah bijak-lapang dada, seolah siap untuk menerima permintaan maaf. Dan, ketika suara ketukan pintu terdengar dan seseorang masuk, semena-mena, dia berkata, “Nah. Jadi, apakah kau sudah melupakan Lee Saengbang sebelum—”

“Anda dipanggil menghadap ke istana,” sebut seseorang, yang sama sekali bukanlah Kim Hwan.

Hong Byeolgam tercekat, “Apa?”


Hong Byeolgam tercekat, “Apa?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang