13 - 6: Phoenix yang Merah Membara

201 15 1
                                    

Hong Yeon keluar dari Dapur Istana dan, “Nangja!” seru Kim Hwan, memanggil. Hong Yeon pun datang menghampirinya. (Nangja, panggilan untuk wanita yang belum menikah di era Joseon.)

“Ada yang ingin kusampaikan padamu, karenanya aku menunggu,” ucap Kim Hwan, menceritakan.

“Eh?” Hong Yeon kaget dan bingung, “Apa yang ingin Anda sampaikan pada saya, Tuan?”

“Selepas peristiwa yang menimpa Yang Mulia Raja, pikiranku menjadi kacau,” Kim Hwan membijak, “Kita tak pernah tahu apa yang dapat terjadi dalam hidup. Boleh jadi, hidupku pun berakhir hari esok.”

Hong Yeon mendengarkan dengan taat.

“Seandainya hidupku benar-benar berakhir esok, kiranya apakah yang akan paling kusesalkan? Dan itu tidak lain adalah isi hatiku yang tidak kunjung tersampaikan karena keraguan yang meradang.”

Hong Yeon mulai bingung.

“Terlebih, satu kata yang diucap setulus hati tentu lebih berarti dibanding segala kemegahan. Untuk itu, aku perlu mengatakan, bahwa aku mencintaimu, Hong Yeon Nangja.”

Hah? Hong Yeon kaget mendengarnya, terlebih …

Hah? Hong Yeon kaget mendengarnya, terlebih …

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Saya tidak demikian, Tuan.”

“Eh?!” Kim Hwan sungguh kaget karena ini sangat di luar dugaan.



















Di ruangannya di Biro Peradilan, Kim Byeongin mendapat laporan bahwa jumlah bubuk mesiu yang diproduksi oleh Pabrik Mesiu Provinsi Gyeongsang tidak sama dengan yang masuk ke Gudang Persenjataan Istana. Belakangan ini, selalu ada selisih. Hm, begitu rupanya. Rasa-rasanya itu topik yang bagus untuk dibahas pada Temu Pagi hari ini.

Di Aula Seonjeong, tempat Temu Pagi biasa digelar, seluruh menteri dan para pejabat istana telah berkumpul; termasuk Ibu Suri Agung dan Kim Jwageun yang tengah melakukan diskusi kecil di balik tirai di samping singgasana rasa yang kosong.

Di Aula Seonjeong, tempat Temu Pagi biasa digelar, seluruh menteri dan para pejabat istana telah berkumpul; termasuk Ibu Suri Agung dan Kim Jwageun yang tengah melakukan diskusi kecil di balik tirai di samping singgasana rasa yang kosong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Raja belum siuman?” tanya Ibu Suri Agung.

“Belum, Yang Mulia,” jawab Kim Jwageun.

“Kudengar, dia kehilangan pendengarannya. Siuman pun itu akan menjadi masalah,” pikir Ibu Suri Agung, dan begitu pula pendapat Kim Jwageun.

MR. QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang