Ibu Suri Agung menerima kedatangan Tuanku Kim Mungeun selagi dirias. Dia menyilakannya bicara setelah riasannya dirasa telah cukup.
Tuanku Kim Mungeun bicara, “Persalinan Yang Mulia Ratu semestinya dibantu oleh seorang ibu, akan tetapi keadaannya seperti ini. Maka itu, saya bermaksud untuk turut membantu. Saya ingin tahu keberadaan beliau.”
“Demi keselamatan penerus takhta, aku mengutusnya ke tempat yang aman dan aku tak akan memberitahu sesiapa pun mengenai keberadaannya. Aku pun telah memastikan, Ratu tak akan kekurangan sesuatu apa pun. Usah khawatir.” Ibu Suri Agung memberikan jawaban yang tegas.
Lalu, dengan gemetar, Tuanku Kim Mungeun mengeluarkan selembar kertas dari saku lengannya. Dia menyerahkan selembaran itu pada Ibu Suri Agung melalui Dayang Cheon. Ibu Suri Agung membentangkannya dan membacanya.
Selagi Ibu Suri Agung membaca surat kabar mengenai kebenaran di balik kematian Raja tersebut, Tuanku Kim Mungeun menyampaikan kegundahan hatinya, “Saya hanya bertanya-tanya, benarkah Yang Mulia Ratu pergi demi melipur lara? Anda … tidak berniat untuk mencelakainya, bukan?”
BRAK! Ibu Suri Agung marah seketika, “RATU MELARIKAN DIRI. KAMI JUSTRU TENGAH MENJAGA KEHORMATANNYA.”
“M-melarikan diri, Yang Mulia?” Tuanku Kim Mungeun kaget.
“Dia tidak percaya Raja telah tiada. Lantas dengan kepercayaannya yang bodoh itu, dia pergi meninggalkan istana.” Ibu Suri Agung sungguh marah akan hal yang ini pula, karena itu amat memalukan menurut pandangannya.
“Ampun, Yang Mulia,” ucap Tuanku Kim Mungeun, dengan hormat, “akan tetapi saya mesti mengajukan keluhan kepada Anda. Tindakan Anda selama ini sesungguhnya tidak membantu kemaslahatan keluarga. Sebaliknya, Anda malah mencoreng nama baik keluarga. Tidakkah Anda berpikir, apa yang akan penerus keluarga ini katakan mengenai sejarah keluarganya?”
“Kaupikir, dirimu itu pantas berkata demikian, Tuanku?” Ibu Suri Agung menyentil.
“Tapi setidaknya saya masih memiliki rasa malu.”
“Rasa malumu ITULAH yang membuat segalanya tampak kotor. Jika kau tidak merasa malu, maka tidak ada dosa yang perlu diakui.”
“Lantas, jika bukan demi kehormatan keluarga, untuk apa Anda melangkah sejauh ini sehingga mencelakai Yang Mulia Raja?”
“Sampai waktuku tiba nanti, aku TIDAK AKAN sudi melepaskan kejayaanku ini.” Itulah yang tiada lain ingin Ibu Suri Agung pertahankan dengan segala cara.
Tuanku Kim Mungeun sungguh dikecewakan. Dia tak menyangka betapa kotor dan berambisinya hati Ibu Suri Agung selama ini. Karenanya, Tuanku Kim Mungeun tidak akan mendapatkan jawaban apa pun atas kegundahan hatinya dari Ibu Suri Agung.
Sepulang memijat, Tabib Park meraba-raba ke benteng kecil bagian belakang istana. Di sini sudah tersedia semangkuk air untuk dia kobok guna dijadikan tinta menulis di atas genteng. Tapi, baru saja dia menorehkan segaris tulisannya, seseorang datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. QUEEN
FanfictionNovelisasi dari drama Korea yang berjudul 찰인왕후 yang merupakan adaptasi pula dari web drama Cina yang berjudul 'Go Princess Go'. Drama ini mengisahkan tentang Jang Bonghwan, seorang chef pria berbakat yang bekerja di Blue House, tiba-tiba mengalami...