Terakhir jam pelajaran sekarang di kelas 11 IPA 1, terdengar ricuh karena jamkos. Guru yang bersangkutan pembelajaran tidak dapat hadir karena terdapat urusan yang pasti murid murid nya tidak tau apa apa.
Begitu pula dengan Bianca, Mischa dan Caramel. Ketiganya duduk di lantai depan kelas meja gugur di kepinggirkan sehingga terdapat banyak ruang.
Mischa yang sedang bersandar pada pundak Emil sambil mengamati perbincangan para lelaki yang ikut duduk di lantai. Caramel yang sedang memainkan ponselnya sedari tadi senyum senyum sendiri banyak yang berfikir dirinya sedang bertukar pesan dengan kekasihnya Nandan dan itu memang fakta. Sedangkan Bianca sendiri tidak bisa diam terlalu bahagia karena salah satu teman nya di kelas membawa tahu bulat yang isinya tidak di ketahui.
"Nah ini guys tahunya." Putra salah satu teman sekelas Bianca meletakkan tempat makan cukup besar berisi bulatan bulatan tahu yang pasti sudah makan, tinggal am.
"Spoiler isi apaan aj." Ucap Emil.
"Lo rasain aja nanti." Balas Putra.
"Ayoooo." Pekik Bianca. Hitung hitung untuk melupakan kejadian tadi.
Putra menyisihkan dahulu tahu bulat bulat itu, dan menyimpan sebuah botol yang akan di putar. "Sapa yang mao muter?" Tanya Rangga.
"Lo aja yang muter gue mah kagak, cape oncom." Ucap Emil tak mau.
"Botolnya bego." Ucap Putra geram. Dirinya menggeleng gelengkan kepala tak habis fikir.
"Lemak aja di gedein, ngerti kagak." Ucap Mischa tepat di telinga Emil. Di lanjut dengan tawa yang lain.
"BWAHAHAHAH. Bener banget situ." Rangga terpingkal pingkal.
"Udah ehh, jangan gitu. Sama aku aja." Ucap Bianca menengahi.
"Tuh cewe tuh ke Bianca cantik, baik, ramah. Lah elo." Delik Emil pada Mischa.
"Bacot." Mischa memasukkan cireng ke mutul Emil entah dari mana itu cireng, yang akhirnya di kunyah juga oleh sang empu.
Tangan lentik Bianca memutar botol plastik nan kuat itu. Botol tersebut berputar dengan kencang dan lama kelamaan menjadi pelan pelan dan berhenti. Semua pandangan langsung terangkat setelah memperhatikan lekat botol pada seseorang yang di tunjuk oleh bagian atas botol.
Yang tertunjuk adalah Putra. "Nah loh silahkan Raja mengambil, perasaan gue engga enak hati hati Lo." Ucap Rangga jahil.
"Gue penjarain Lo." Tangan Putra terulur sambil bergoyang goyang memilih tahu bulat mana yang akan di makannya.
Emil mulai gelisah. "Cepetan Ajig."
"Sabar bego." Putra telah memutuskan mengambil salah satu tahu yang tidak ada bedanya dengan tahu bulat lainnya. Lalu memakannya.
"Gimana enak?" Tanya Bianca penasaran.
Putra sedang mengunyah sambil memperlihatkan mimik wajah yang bingung mencari tahu ini rasa apa. "Enak enak rasa sayur dalemnya." Putra mengangguk-angguk kepala.
"Yaaah." Ucap Rangga kecewa.
"Not have akhlak." Emil menunjuk Rangga dengan kekehan. Perlu di ingat mau itu kekehan atau tawa yang Emil punya menular.
"Sama gue puter." Ucap Rangga meraih botol lalu memutarnya.
Permainan tersebut terus berlanjut, dari Emil yang mendapatkan tahu dengan isi sayur pare yang terkenal pahit itu, dan juga mendapatkan tahu isi gula pasir.
"Gak mau ah gue mah." Emil memberenggut karena pasalnya sedari tadi yang di dapatnya zonk.
"Gak seru Lo mah engga sportif." Ucap Putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
MULINKA [END]
Teen FictionMuel Albachtera Luth seorang remaja lelaki yang bersekolah di SMA Dirgantara. Diri nya cukup populer karena karena termasuk dalam jajaran lelaki tertampan di sekolah, tak hanya itu status nya menjadi ketua geng motor yang bernama RELANGGA menambah k...