"Bersabar, dan menunggu sebentar lagi, kita lihat hasil nya bersama."
"Duduk." pinta Mischa pada Bianca.Keduanya sekarang berada di pinggir lapangan upacara, duduk di atas bangku yang dapat memuat tiga sampai dua orang. Waktu masuk kelas masih ada walau hanya sebentar di pagi ini.
Entah apa yang akan di bicarakan Mischa pada Bianca, sampai harus mencari tempat jauh dari kelas.
Sebelum itu keduanya menyempatkan untuk pergi ke kantin sekedar membeli minum, Bianca dengan susu kotak full cream, Mischa dengan satu botol air mineral.
"Nyantai aja kali, kita ngobrol juga gak ada yang larang." ucap Mischa, salah satu tangannya membuka tutup botol yang masih tersegel.
"Jarang jarang, kamu ngajak ngobrol kaya gini takut ada sesuatu yang salah." ucap Bianca, sambil meminum susu kotaknya.
Mischa tak berbicara lagi, memilih menghabiskan air nya dan menyisakan setengah botol. Menatap ke depan tanpa bisa di artikan tatapan tersebut menyiratkan apa, kesibukan di sekitar mereka tak terganggu dengan kehadiran Mischa dan Bianca. Sesekali ada yang mencuri curi pandang pada kedua gadis itu.
"Udah santai?" Mischa melirik Bianca.
Bianca yang merasa di lirik, mengangguk kan kepala ada rasa penasaran di benak Bianca, pasalnya Mischa yang biasanya santai dan cuek pada sekitar sekarang tiba tiba menjadi orang yang gampang serius dan seorang pengamat yang baik bila terjadi sesuatu hal.
"Sebelumnya gue mohon lo jangan salah paham, tapi ini kenyataannya."
"Gue pengen lo mulai sekarang, buat jarak sama Caramel." ucap Mischa lagi, tanpa beban. Tapi di balik tanpa bebannya itu banyak yang di ketahui Mischa, tanpa harus menceritakannya pada seseorang. Julukan mawar hitam memang pantas di sandang olehnya, gesit dan main bersih, elegan namun berbahaya. Jadi jangan sampai meremehkannya kalau tidak tau apa apa.
"Kenapa? hubungannya sama Caramel?" Tiba tiba Mischa memintanya untuk menjaga jarak dengan Caramel, tentu membuat Bianca merasa heran dan selama ini mereka itu berteman kan.
"Tapi Cha, Caramel selama ini kan engga banyak tingkah bahkan sekarang sekarang dia banyak diem nya." ucap Bianca lagi, mengucapkan fakta fisik yang selama ini di amatinya terhadap Caramel.
"Karena keterdiaman nya itu Bi, lo engga ngerasa janggal gitu kenapa akhir akhir ini Caramel banyak diem, yang biasa tingkahnya macam cacing hyper aktif?" ucapan Mischa ada benar nya juga, Bianca sempat terheran heran karena hal tersebut tapi berusaha di tepis nya jauh jauh dari pikiran.
"Jadi maksud kamu, kalau Caramel ada main jahat di belakang kita gitu ?" kalau memang benar Bianca tak habis pikir mengenai itu semua.
"Iya, ini demi lo juga. Plise turutin aja gue gak mau lo kenapa kenapa." Mischa berusaha meyakinkan.
"Maksud nya gimana sih Cha, beneran aku gak ngerti." lebih tepatnya Bianca di landa kebingungan yang sangat berat, di satu sisi dirinya tak mau menaruh curiga pada Caramel karena mereka berdua adalah kawan dekat, sedangkan di sisi lain dirinya pun merasa ada sesuatu yang berbeda dalam diri Caramel akhir akhir ini.
Terlihat Mischa menghela nafas, sambil mengusak rambut lurus nan panjangnya. "Lo itu kan pacarnya Muel, status Muel sebagai ketua dari Geng Motor Relangga. Pasti banyak musuh, termasuk lo jadi sasarannya Bi karena status lo sebagai kekasih hati Muel."
"Maksud kamu, Caramel bakal ada niatan jahat? ke temennya sendiri? jadi tadi kamu bersikap kasar ke Caramel karena untuk menjaga jarak?" Bianca berusaha tak mempercayainya, tapi mengingat kejadian pada saat penculikannya Bianca menjadi Bimbang. Kepala tertunduk merasakan sebuah tekanan ilusi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MULINKA [END]
Teen FictionMuel Albachtera Luth seorang remaja lelaki yang bersekolah di SMA Dirgantara. Diri nya cukup populer karena karena termasuk dalam jajaran lelaki tertampan di sekolah, tak hanya itu status nya menjadi ketua geng motor yang bernama RELANGGA menambah k...