8

2K 117 11
                                    

Muel sudah sampai di depan rumah Bianca, tepatnya di depan gerbang rumah. Muel sendiri bingung harus mulai dari mana nanti, haruskah untuk menanyakan kabar terlebih dahulu, atau meminta maaf, atau berucap bahwa selama ini dirinya merasa menyesal.

Tak lama, di depannya berhenti motor sport berwarna hitam dengan tiga di belakang mengikuti juga. Muel sudah meyakini bahwa mereka Empat Serangkai K-IX, Muel turun dari atas motor membuka helm yang di pakai.

Begitupun dengan Zaya, Marvel, Milo, dan Fino. Dia antara mereka terjadi kontak mata saling menatap tajam, seakan mengibarkan bendera peperangan di antara permusuhan yang terjadi.

"Ngapain lo ke sini?" ucap Zaya, menatap tak suka pada Muel.

"Bianca." balas Muel, yang pasti sudah di pahami oleh keempatnya.

"Gak nyadar diri lo? masih punya muka ketemu sama Bianca?" ucap Zaya lagi menatap Muel remeh.

"Bukan urusan lo."

"Tentu jadi urusan gue, lo engga bisa macem macem."

"Serah orang gila." ujar Muel, lebih dulu masuk ke pekarangan rumah Bianca meninggalkan Zaya dan yang lainnya.

Muel masih diam, walau posisinya sekarang tepat di depan pintu putih utama rumah. Tangannya terangkat mengetuk pintu.

Tok

Tok

Tok

Muel diam, tak ada jawaban dari ketukan pintunya mengulang kembali hal yang sama, sampai terdengar suara ketukan kaki menyentuh lantai semakin mendekat ke arah nya.

Ceklek

Muel harap harap cemas siapa yang telah membuka pintu, dan ternyata dia adalah Cloui, menatap terkejut Muel kenapa bisa berada di sini.

Cloui memasang wajah garang, melipat tangan di depan dada. "Ngapain lo ke sini huh?!"

"Bianca mana?" ucap Muel datar.

Cloui memalingkan wajah, bersmirk. "Masih peduli lo? tapi gue yakin Bianca engga butuh rasa peduli lo."

"Gue cuman nanya, Bianca ada?"

"Kalau gue jawab engga ada, terus lo mau apa?"

Muel masih diam, berpikir bahwa ini tidak akan beres hingga Firaun jadi tukang ojek. Bagaimana pun Muel harus menemukan cara agar bisa bertemu dengan Bianca.

"Cloui."

Cloui dan Muel memalingkan wajah kearah sumber suara, Zaya mendekati keduanya menatap Cloui dengan tatapan biasa saja namun terdapat harapan juga di sana.

"Inca mana??" tanya Zaya.

"Ini lagi satu, mau ngapain lo?!" tidak jauh berbeda respond Cloui pada Muel tadi.

"Kok lo jadi kasar gini?"

Cloui menghela nafas jengah. "Lo berdua emang bangsat, gak tau malu. Bisa bisa nya masih nanya kenapa??!"

"Udah cukup ya gue engga bertindak! tadinya gue diemin bakal baik baik aja, ehh ternyata gue salah malah ngelunjak yang ada." ucap Cloui sarkas, memang apa adanya sudah cukup Bianca mencoba melangkah sendirian, kali ini biarkan Cloui yang menemani.

"PERGI LO BERDUA DARI SINI." teriak Cloui, sudah emosi yang mencapai ubun ubun.

Muel menggenggam pergelangan tangan Cloui yang terus mendorong tubuh nya agar segera pergi. "Gue mau ketemu Bianca."

"Gue engga izinin, pergi lo!"

"Clou, hei. Gue tau perbuatan gue kemarin salah, dan sekarang gue mau minta maaf." ucap Zaya meyakinkan agar dirinya bisa menemui Bianca.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang