Bianca sedari tadi tidak mengeluarkan suara, hanya lirikan ke kanan ke kiri. Dan itu sudah di lakukan nya berulang kali, dengan objek yang sama. Tidak ada yang spesial di tempatnya karena di kantor polisi tidak ada yang dapat menghibur menurut Bianca.
Sedangkan Muel, dia sedang mengurus agar mereka berdua bisa pulang ke rumah.
Wajah datar yang berekspresi pada wajah Bianca, tertawa tanpa sebab? jangan harapkan itu ingin di katai gila?
Udara malam hari ini terasa sangat dingin tidak seperti biasanya, padahal kota Jakarta suhunya panas. Tangan Bianca merapatkan jaket berlambangkan Noir, jangan persoalkan tentang lambangnya lebih baik pedulikan kondisi Bianca.
Tangan Bianca keluar dari saku jaket dengan memegang karet gelang hitam, kebetulan benda ini sangat bermanfaat bagi rambut Bianca yang terurai panjang.
"Bianca." panggil seseorang yang di yakini nya adalah Muel.
Setelah mengikat rambutnya, kepala Bianca mendongkak melihat pada lawan bicaranya.
Keduanya saling tatap, biarpun rambut di ikat dengan seadanya jauh dari kata rapi tapi di mata pria itu sangatlah cantik termasuk di mata Muel."Gimana?" Bianca berdiri di hadapan Muel menatap lekat wajahnya.
"Kita bisa pulang sekarang." ucap Muel datar.
"Kenapa bisa?" tanya Bianca, hanya untuk memastikan.
"Lo pasti tau." Muel lebih dahulu keluar dari kantor polisi.
Sambil berjalan Bianca mengobrol dengan hati dan otaknya.
Dirinya teringat bahwa Muel ini seorang CEO dari perusahaan besar, tapi kabarnya sebelum itu Muel sudah menyerahkan posisinya pada sang kakak Kiki. Tapi juga ada kemungkinan kalau Muel tidak di posisi CEO tapi di lihat dari keluarganya pasti membantu, Ahh Bianca bisa menyimpulkan nya sekarang.
Di luar, Bianca lihat punggung Muel dengan di balut jaket Relangga. Terlihat sangat gagah, walaupun di antara keduanya sudah tidak ada hubungan apapun tapi ucapan terimakasih harus kan, bagaimana pun juga Muel sudah membantunya tidak secar langsung.
"Muel."
Nama orang yang di panggil menggerakkan kepala ke samping tidak dengan membalikan badannya pada seseorang yang memanggil.
Merasa di persilahkan untuk berbicara Bianca maju satu langkah ke depan, hanya supaya Muel dapat mendengarnya berbicara. "Makasih banyak." ucap Bianca.
Kali ini Muel membalikan badannya sempurna, saling berhadapan. Jujur Muel merindukan Bianca yang seperti ini, diam dengan kepolosan yang ada.
"Sama sama." balas Muel tak berekspresi, dengan ucapan datar.
Bianca diam entah apa yang sedang di tunggunya, karena pasti tidak ada yang mengetahui Bianca berada di kantor polisi. "Aku pulang dulu." ucap Bianca lalu berjalan.
Beberapa langkah Bianca terhenti karena mendengar langkah kaki lain dari belakangnya.
"Balik badan."Bianca masih diam memilin milin tangan walau tak ada benda yang di pilin, dengan keraguan yang besar Bianca berbalik perlahan. Muel menjulang tinggi di depannya, mata Bianca lebih baik melihat lihat sekitar dari pada seseorang di depannya.
Tangan Muel terangkat pada bahu Bianca, tiba tiba jari nya terselip membuka jaket yang kini di kenakan Bianca. Tentu saja Bianca sendiri merasa terkejut dengan perlakuan Muel yang tanpa berucap ataupun permisi.
"El. Apa apaan si?!" sentak Bianca refleks, karena dingin seperti ini jaket nya langsung di buka oleh Muel tidak secara pelan tapi memaksa untuk membuka jaketnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MULINKA [END]
Ficção AdolescenteMuel Albachtera Luth seorang remaja lelaki yang bersekolah di SMA Dirgantara. Diri nya cukup populer karena karena termasuk dalam jajaran lelaki tertampan di sekolah, tak hanya itu status nya menjadi ketua geng motor yang bernama RELANGGA menambah k...