0

2.7K 138 35
                                    

"Sia sia gue ke sini." Zaya berdiri dari sofa yang tadi di dudukinya.

Samudera menahan lengan Zaya. "Lo jadi orang bisa sabar sedikit gak? Hargai, Lo pasti di ajarin saling menghargai kan ?" Sebenarnya Samudera sudah geram pada Zaya, tangannya gatal ingin melayangkan satu pukulan pada pipi Zaya.

Zaya mendengus kesal dengan wajah yang memberengut, rahang nya mengeras tak terima di Katai oleh seorang Samudera. "Bacot Lo." Ucap Zaya pelan namun tajam, lengannya di sentakkan agar genggaman Samudera terlepas.

"Gue bermaksud ngundang Lo ke sini, karena Lo salah paham." Muel angkat bicara setelah lama terdiam.

Muel ikut berdiri berhadapan dengan Zaya, wajah datarnya menatap Zaya. "Lo pasti udah tau seberapa picik seorang Ryan, kaya gimana."

Zaya masih diam mencerna setiap perkataan Muel. "Bisa di bilang dia seorang mantan kriminal, yang sebentar lagi juga bakal masuk penjara lagi." Ucap Muel lagi.

"Karena obsesi ingin selalu mendapatkan apa yang ia inginkan dan di tambah dendam kesumat, membuatnya melakukan segala cara untuk menyingkirkan Relangga, yang Muel juga sebagai ketuanya." Kali ini Nathan berbicara.

"Dan masalah Bianca kita minta maaf, kita bisa kecolongan." Ucap Azka serius, tidak seperti biasanya Azka serius seperti ini.

"Bukan aja kecolongan, Lo semua ceroboh, engga becus!" Marvel ikut emosi juga.

Samudera menatap Marvel tajam, mengangkat telunjuknya menunjuk sarkas Marvel. "Lo bisa diem gak?! Bacot Lo!"

"Sabar Sam." Jali menarik mundur Samudera.

"Hufh."

"Gue wakilin semua nya minta maaf, dan gue bakal tanggung jawab." Ucap Muel, tak dapat di pungkiri Muel masih sangat menyayangi Bianca, walau bagaimana pun keadaanya sekarang tidak akan ada yang bisa menahan perasaannya itu.

"Wajib, Lo harus mempertanggung jawabkan perbuatan Lo itu." Ucap Zaya.

Zaya memalingkan wajahnya ke samping. "Fakta apa lagi yang Lo pada semua tau?!" Ucap Fino.

"Semua pesan dari nomer yang di kirim, ada admin di baliknya." Ucap Dira membalas Fino.

"Siapa?" Milo bersuara.

"Caramel." Pada saat Dira mengucapkan nama Caramel, tak di sadari nya Nandan menundukkan kepala menutup mata sekejap.

Zaya mengangkat kepala nya, spontan melirik Nandan masih pada posisinya. "Jadi provokasinya itu Caramel?! Pacarnya dia?!" Zaya menunjuk pada Nandan.

"Brengsek Lo!" Zaya akan maju melawan Nandan, tapi langsung di tahan oleh Milo juga Fino.

"NANDAN ENGGA TAU APA APA!" Samudera ikut maju pasang badan.

"Samudera." Peringat Nathan.

"LO ENGGA CURIGA APA?! BISA AJA MEREKA BERDUA BERSEKONGKOL." Zaya balas berteriak, menatap murka Samudera. Gedeg lama lama.

"MANA BUKTI LOO!" Tentu saja Samudera membela kawan nya.

BRAK

Semua kegaduhan, pertengkaran, seketika langsung terhenti karena terkejut adanya suara gebrakan.

Pelaku itu adalah Nandan, tangannya terlihat memerah karena menggebrak meja di hadapannya.

"Bisa kalian tenang?!" Ucap Nandan tegas.

"Oke, gue jujur."

"Gue ada bantu Caramel." Lanjut Nandan lirih.

Semua yang mendengarnya terdiam keras, berfikir dengan pendapat masing masing. Ini adalah fakta baru yang mereka dengar, pasti nya mereka tak mempercayai apa yang merek dengar.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang