*30

6.3K 316 37
                                    

Mischa membawa Bianca ke luar ruang rawat Muel, Mischa paham bagaimana perasaan yang di rasakan teman sebangku nya itu. Mischa melihat tatapan Bianca begitu kosong. Lalu di susul oleh jantung Relangga.

Saat itu pun Jantung Relangga sama terkejut nya dengan kedatangan gadis yang telah lama hilang dan sekarang datang kembali ke kehidupan ketua nya itu. Siapa lagi kalau bukan Ajeng.

Gadis tersebut datang dengan kedua orang tua Muel beserta kakak Muel Kiki.

"Gue mau nanya Bi, kenapa bisa gini?" tanya Nathan, karena di rasa Bianca sudah mulai tenang dan tak merasa syok lagi.

"Lo gimana sih? Bianca masih syok lo nanya yang aneh aneh. Mending nanti aja." delik Mischa yang duduk di samping Bianca.

Bianca menatap Nathan dengan tatapan biasa saja. "Udah aku gak papa ca." ucap Bianca pada Mischa, yang hanya dapat di angguki oleh Mischa.

"Coba cerita." ucap Azka, diri nya sudah mulai serius karena ini bersangkutan dengan nyawa sahabat sekaligus ketua dari Relangga.

Bianca mulai menceritakan dari awal mula membawa kan makanan untik Muel, hingga akhir nya di tiba tiba di tabrak oleh mobil berwarna hitam itu.

"Ada yang gak beres gue yakin." ucap Nandan.

Dira mengangguk kan kepala nya. "Mana mungkin ada yang tiba tiba nabrak, pasti ada niatan sebelum nya." ucap Nathan yang di setujui para pendengar, karena lorong lumayan sepi dan hanya ada mereka saja.

"Ada yang mau gue tanya in." ucap Samudera.

"Gue izinin asal opini lo satu jalan sama kita." ucap Jali.

"Ya pasti ath. " kata Samudera.

Dira memutar mata nya malas. "Cepet ngomong."

"Kenapa Mischa ada di sini?" tanya Samudera, yang membawa pandangan pada Mischa.

Azka mendengus kesal sambil memijat pelipis nya begitu pula yang lain mendengus kesal, Heeeiii apakah itu pent-

"Bener, kenapa lo bisa di sini?" tanya Nathan.

"Kita engga curiga ke lo, cuman nanya." ucap Nandan yang telah satu pemikiran dengan Nathan.

"Oke oke, jangan liatin gue." ucap Mischa.

Ke enam jantung Relangga langsung menetral kan mimik wajah nya menjadi biasa saja. "Oke jadi gini, awal nya gue ngander bibi gue beli kue di toko kue. Karena gue males jadi nunggu di parkiran duduk di motor gue. Lo pada tau kan sering liat gue juga beli kue di deket kantor si Muel. Di situ gue diem sambil liat ke arah jalan raya, terus ada mobil yang nabrak itu lagi diem di deket parkiran kantor nya. Tiba tiba aja nyala ke arah parkiran kantor dan yaa gini."

Ke delapan nya mulai terdiam memikirkan mengenai kejadian yang hampir saja merenggut nyawa Muel. "Apa ini bentuk ke sengajaan ?" tanya Samudera.

"Bisa jadi." ucap Jali, sambil mengusap usap dagu nya.

"Sok mikir lo." ucap Nandan sambil menoyor belakang kepala Jali.

"Gue mending mikir. Lah lo? Ngapain ?" delik Jali.

"Berisik!" ucap Nathan.

Tiba tiba ada yang keliar dari ruang rawat Muel, yaitu pasangan paruh baya yang mereka yakini mereka adalah kedua orang tua Muel.

"Sedang apa kalian di sini?" tanya Diandra sedikit kesal yang terselip di perkataan nya yersebut.

Sontak Nathan, Azka, Nandan, Dira, Samudera, Jali, Mischa, dan Bianca berdiri menghadap. "Kami di sini sedangenunggu Muel." ucap Nathan.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang