*31

5.9K 305 25
                                    

Sekarang di Bandara, pukul 17:30 WIB. Cloui belum juga memberi tahu tujuan mereka pergi ke Bandara petang ini. Vito di sebelah Bianca asik mendumel gara gara lama menunggu. Sedangkan Bianca sesekali memainkan ponsel nga simpan lagi melihat sekitar bermain ponsel lagi. Sedangkan yang mengajak asyik dengan ponsel nya dan sesekali terkikik geli. Ke tiga nya tidak menunggu satu dua menit, tapi hampir dua jam. Banyak orang yang memperhatikan mereka bertiga dan dengab tatapan miris.

"Oke gue gak kuat sekarang, lo kasih tau kenapa kita ke Bandara kalau engga gue bakal pulanh." Vito mulai kesal dan berdiri karena pegal duduk terus.

"Pulang aja sono. Mo nai apa lo?" tanya Cloui.

"Santai aja la elah tinggal duduk ini, ribet banget." ucap Cloui santai.

"Jangan bilang lo saking gabut nya pergi ke Bandara nge gembel?" tanya Vito.

"Jangan sampe." Bianca angkat bicara setelah lama diam.

"Duduk manis honey, susah banget di bilangin ampun." ucap Cloui.

"GC atuh lah. Lapar." ucap Vito memelas.

"Lo makan angin dulu, gak akan lama. Kalo misal nya udah gak ketampung nanti di rumah di kerok." ucap Cloui santai sembari memainkan ponsel nya.

"GELO." Teriak Vito dan langsung semua tatapan tertuju pada mereka.

"Santai honey, santai. Jadi malu kan di liatin orang orang." ucap Bianca sabar mengusap pundak Vito.

"Nge'rakeun sugan mah." (malu maluin) ucap Cloui.

"Oi udah." ucap Bianca yang di setujui Cloui.

"BODO AMAT, BACOT LO." ucap Vito lantang, emang gak tau malu ni anak. Malu nya langsung di bebani pada Cloui dan Bianca.

"Sayang kok kamu ngomong nya gitu?" suara lembut tersebut langsung membuat Vito spontan menegak kan tubuh nya melihat ke arah sumber suara. Begitu pula Bianca dan Cloui.

Terlihat dua wanita paruh baya tetapi masih terlihat cantik, yang satu memakai gamis berwarna abu abu dengan kerudung yang senada. Dan yang satu lagi memakai gamis berwarna merah marun dengan kerudung yang senada juga. Tak lupa lelaki paruh baya yang memakai jas kerja berwarna hitam begitu juga dengan celana nya serta kemeja putih dan dasi hitam.

"Buna."

"Mamah, Bapak."

Vito menghampiri wanita paruh baya yang awet muda, yang memakai gamis abu abu tadi. Sedangkan Bianca dan Cloui menghampiri pasangan parih baya itu.

Vito langsung memeluk Buna nya itu dengan erat seperti melampiaskan ke rinduan nya selama ini. Begitu pula Bianca yang memeluk Mamah nya dan Cloui memeluk Bapak angkat nya tentu nya dengan sayang.

Memang benar ketiga nya di tinggal berbulan bulan lama nya oleh orang tua mereka karena pekerjaan yang harus di urus.

"Buna tetep awet muda." ucap Vito pada Buna nya Vita.

"Memang. Ouh iya ayah mu nanti kata nya akan ke rumah, tapi ke rumah Mamah." ucap Vita.

"Tapi ayah kenapa engga ngasih tau aku?" tanya Vito.

"Kan supaya jadi kejutan." Vita menatap remaja lelaki di hadapan nya ini yang akan beranjak dewasa. Vito tinggal dengan Vita buna nya karena Buna dan ayah Vito sudah bercerai karena satu dan lain hal. Kedua nya masih sama sama sendiri dan fokus pada pekerjaan masing masing dan juga pada Vito. Mereka berdua selalu siap apabila Vito membutuhkan kedua nya.

"Anak anak Bapak perasaan makin cantik." ucap Bapak orang tua Bianca dan Cloui.

"Geli bapak, tapi sayang." ucap Cloui.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang