7

2K 135 164
                                    

"Ia beneran hari ini mau masuk sekolah aja?" Bianca kembali mengangguk. Cloui menanyakan hal yang sama lagi, bila di hitung sudah berkali kali di tambah hari kemarin juga.

"Oi kenapa terus nanya itu?" tanya Bianca.

"Bukan gitu Ia, Ia kan masih sakit."

"Engga apa apa, udah mendingan ini, bentar lagi kan mau ujian kenaikan kelas. Bentar lagi Ia kelas dua belas, harus belajar. Emang Oi mau Ia nanti engga naik kelas? engga kan? nah sama." ucap Bianca panjang lebar.

Cloui dalam mode serius, menggeserkan kursi lebih dekat pada Bianca. "Bukan gitu konsepnya."

"Oke, Oi masih bisa nerima kalau Ia udah mendingan, boleh sekolah. Tapi emang Ia kuat nanti di sekolah? Oi engga mau kejadian waktu di smp keulang lagi."

"Ia yang di caci maki, di hina, di bully dan sebagainya. Oi juga engga ikut turun tangan karena nanti ujung ujung nya yang kena Ia lagi." ucap Cloui menatap lekat lawan bicara nya itu.

"Kan ada Muel nanti." balas Bianca.

"Jangan harapin dia yang udah bikin sakit hati Bi."

"Harapan Ia terlalu tinggi, buat harapin Muel lagi."

"Kalau Muel udah selingkuh sama Ajeng, hubungan kalian udah engga bener. Udah abu abu lagi yang artinya engga jelas."

"Oke status masih bisa kalian di anggap pacaran sama orang lain, tapi perasaan diri sendiri udah engga jelas kan."

Bianca terdiam, ketika kemarin Bianca nyemil di ruang tengah. Sempat terbesit pikiran kalau Muel pasti akan kembali, semua yang terjadi akibat masalah kecil, sepele yang di besar besarkan dengan masalah yang lain berdatangan.

Dan soal Zaya, Mischa kemarin. Bianca kembali merasakan rasa bersalah. Ternyata jalan pikiran seseorang berbeda beda, cenderung akan meyakini sisi pandang nya ketimbang sisi pandang orang lain.

Di sekolah pun Bianca sudah di cap sebagai 'pengadu' 'terancam jadi perngkhianat' dan pasti akan bertambah lagi seiring berjalan nya waktu. Bisa di bilang nanti di sekolah Bianca benar benar sendiri masalahnya seakan mengasingkannya, soal Caramel seakan menjadi hantu ia hadir dan alfa di waktu yang tiba tiba, Bianca sendiri tidak tahu kenapa karena Caramel tidak memberitahukan apapun apa yang sebenarnya terjadi.

"Iya Ia ngerti." Bianca sedikit menunduk ketika mengatakannya.

Cloui menatap sendu pada Bianca. "Oi kaya gini juga engga mau Ia kenapa napa, hari ini Oi udah putusin bakal belajar di sekolah Ia."

"Oi jangan."

"Engga ada bantahan Ia, Ia jangan berfikiran kemana mana dulu. Oi belajar di sekolah Ia cuman numpang belajar doang, nanti tugas tugas nya di kirim lewat ponsel. Oi bakal bales semua yang ngusik Ia." ucap Cloui tegas.

Bianca menahan tangan Cloui pada saat Cloui akan naik ke kamarnya. "Oi, tolong ngertiin Ia. Oi tenang aja."

"Ia mohon."

Cloui masih diam, bergelud dengan semua opini di dalam kepala nya. "Oke, Oi kasih Ia kesempatan lagi. Tapi jangan kaget kalau ada murid sekolah Ia yang masuk rumah sakit."

"Makasih Cloui."

"Sama sama Bi."

"Udah siap teh?" tanya Vito.

"Udah, yu berangkat sekarang aja." Bianca menggendong tas nya.

"Bareng, gue yang bawa Bianca." ucap Cloui, mengambil kunci motornya.

"Loh, teh Cloui mau bantai siapa?" Setau Vito kalau mimik muka Cloui berubah menyerupai macan garang, pasti bakal ada berita orang masuk RS.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang