*51

2.6K 161 62
                                    

Jangan forget sama vote and coment nya yeep.

~Golla ma dish

~Warning banyak kata kata kasar.

"Oper hey, oper!"

"Come here, come heree!"

"BRISIK! KALAU GAK BISA MAIN, DIEM AJA AJIG."

"BAPERAAN."

"NANTI NANGEEES."

"Sabar kau anak pintar, sabar kau anak pandai." seseorang itu membatin, menguatkan dirinya sendiri.

Di lapangan Basket, telah beralih menjadi taman bermain sepak bola. Entah inspirasi dari mana pada saat jam istirahat sekarang bukannya ke kantin mengisi perut lapar, tapi ini malah terjun ke lapangan memenuhi semangat bermain.

Hosh hosh hosh

"Jal, gatian lah pen jadi kipper." Azka mendekat pada Jali, sedari tadi tim nya selalu menyerang, jadi kipper hanya mengawasi dan bersiap bila bola menggelinding mendekat.

"Gak gak mau, gue lagi nyantai juga." Jali menolak mentah mentah, aktifitas berdiam meditasi tak boleh di ganggu.

"Gue cape, kena mental bener dari tadi." keluh kesan Azka, yang di utarakan dari hati yang terdalam.

"Lebay, dah mending lo jaga gue aja."

"Ehh! gak mau ya, apa apaan. Gak sopan lo."

"Otak lo pen di sepak! maksud gue jaga di depan nanti kalau ada bola lo hadang."

"Ya lo juga! kenapa engga ngejelasin dari tadi."

"Pikiran lo aja yang traveling."

"Jangan nge gas dong!"

"Lo yang mancing!"

"Gue engga ngasih umpan!!"

"Terserah bangsat!"

"Hihihihihi." Azka memperlihatkan deretan gigi putih, berhasil sudah dirinya menggoda Jali.

"Nyengir lo kuda!"

Azka dan juga Jali kembali pada posisi, Jali yang menjaga gawang, dan Azka menjaga Jali posisi barunya.
"Siap siap Zka."

Sedangkan yang di panggil hanya diam, Jali tak mau sesuatu terjadi jangan sampai otak kawannya itu koslet di waktu yang tidak tepat.

Plak

"Fokus."

"Ya jangan nabok jugaa." Azka tak terima.

"Cuman noel aja, lebay banget."

"Lo bilang cuman noel? NOEEEEL!!"

"Sampe menembus ke tulang kau bilang NOEL." ucap Azka lagi.

"Biaslah!"

Sedangkan di tengah lapangan sana, walau ini hanya permainan untuk mengisi waktu luang, jangan salah pertarungan merebut bola sangat sengit.

Termasuk Muel yang sedari tadi diam, mata nya tajam mengikuti kemana bola menggelinding, menunggu kesempatan merebut bola.

Brug

Tubuh Muel terjatuh di atas lantai, cukup kuat dengan melihat bercak merah di telapak tangan menandakan seberapa kuat hantaman ketika Muel menahan tubuh.

"Lemah banget lo, di senggol sedikit udah tumbang." remaja lelaki yang bernama Roki itu menatap remeh Muel, bukan lagi informasi yang baru kalau keduanya tak saling menyukai dan seperti terdapat dendam tersendiri dalam kedua nya.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang