5

2.1K 150 53
                                    

Kepulan asap putih keluar dari mulut, di sekitarnya pun banyak berserakan puntung puntung rokok memenuhi lantai. Entah sudah berapa banyak dus rokok di habiskan,yang pasti sekarang ini seseorang duduk di kursi menatap langit malam. Kebetulan sedang berada di balkon juga.

Flashback on

"Dengerin gue, kalau lo mau kecewa, gue nerima semuanya."

"Kenapa mesti putus?!"

"Kita harus putus El. Bahkan dari awal harus nya kita engga saling kenal."

Prank

Entah dari mana gelas itu, yang pasti sudah pecah berkeping keping. Menjadi korban sasaran kemurkaan Muel.

Muel berdiri menghadap Bianca.

"Itu takdir! atau lo nyesel karena udah ketemu sama gue??"

Bianca ikut berdiri, di depan Muel tersenyum kecil karena helm yang menjadi hadiah nya belum juga di lepas.

"Bukan gitu El, seengganya masalah yang kamu hadapi sekarang ada yang berkurang."

Dengan kasar Muel membuka helm pada kepalanya, lalu di banting. Untung tepat di atas kasur mendarat. Bianca hanya menatap nanar helm itu, tadi gelas yang menjadi korban dan sekarang helm.

"Karena hal ini, lo nambah masalah gue." ucap Muel datar.

"Ini engga begitu penting El, seiring berjalannya waktu kamu pasti udah lupa."

"Dan lo berfikir ini mudah? engga!"

Bianca tidak akan menangis di depan Muel, karena itu mungkin cukup sampai di sini saja Bianca meluapkan apa yang ingin di ucapkan nya, keduanya akan kembali menjalani hidup seperti sebelum berhubungan.

"Udah aja ya, jaga kesehatan."

Bianca akan meninggalkan ruangan, ketika akan mulai pergi. Tanpa di sangka, Muel menahan tangan Bianca tanpa berucap apapun.

Bianca kembali menghadap Muel, salah satu tangannya yang lain mengusap genggaman tangan Muel.

"Pasti bisa El."

"Sekarang aku bukan milik kamu lagi, karena jadi korban taruhan itu. Haha."

"Dan satu lagi, lanjutkan-

-lanjutkan hubungan kamu dengan Ajeng, yang memang dari awal engga ada kata putus di antara kalian berdua."

Flashback off

"Gue lagi lepas penat, apa salahnya?"

"Bodo." ucap Nathan ambil duduk di kursi samping Muel.

"Ngerokok terus, bukannya lepas penat mati konyol yang ada."

"Hm, gue emang bodo." ucap Muel kembali mengepulkan asap dari mulutnya.

Nathan mengambil satu batang rokok utus untuk di sesap nya. "Jadi, lo udah putus sekarang sama Bianca?"

"Iya."

Nathan kembali diam, melakukan hal yang sama dengan Muel yaitu mengamati langit malam penuh bintang. Langit indah tak mendukung susana hati yang muram.

"Lo tau kenapa? sampai yang di kira sepele malah jadi masalah utamanya."

"Jangan bikin pusing gue Than."

"Awalnya lo cinta Bianca sangat sangat sangat, sampai ada rumor Bianca selingkuh di belakang lo sama musuh lo sendiri Rezar. Musuh lo yang lain memanfaatkan itu, karena sifat lo yang egois, mudah terpengaruh, bebal, nafsuan. Dan ini hasil nya." ucapan Nathan dapat di pahami oleh Muel, memang sangat ceroboh.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang