"Apa yang salah sama aku??" ucap Bianca sedikit tersulut emosi.
Muel yang sudah merasa jengah, beranjak dari duduk mendekati Bianca yang sama sekali tidak melangkah mundur untuk menghindar.
Bianca sedikit mengangkat kepala karena perbedaan tinggi yang tak begitu jauh, terjalin kontak mata di antara keduanya. Bianca dengan tatapan meminta penjelasan, sedangkan Muel dengan tatapan tajam nan dingin.
"Udah puas main di belakangnya? atau biar gue pergi biar lo enak selingkuhnya?" ucap Muel.
Bianca yang merasa tak tahu apapun, merasa bingung di tambah kecewa di bumbui sedikit emosi. "Maksud kamu itu apaa?!"
Muel mengacak rambut frustasi. "Bilang aja kalau lo, main belakang sama Rezar kan?" Muel memegang kedua pundak Bianca, sedikit mencengkram nya.
Bianca berfikir ini salah, ada kesalah pahaman di sini dan dirinya harus pintar pintar dalam mengeluarkan emosi, apabila keduanya saling nurut pada nafsu itu tak akan baik pada akhirnya.
"Apa yang bikin kamu bilang gitu, dan berfikiran bahwa aku pacaran lagi sama yang lain? terus kenapa harus Rezar ?" Bianca mengucapkan tak dengan nada yang ngajak berantem tapi hanya mengajak perdamaian.
"Engga penting-."
"Penting El, supaya jelas." Bianca memotong ucapan Muel.
Bianca menarik kedua tangan Muel dari bahu, di gandeng erat berusaha meyakinkan. "Kenapa lagi hum?"
"Lo sesekali mikir lah, gue ke Bandung cuman sebentar pulang pulang liat foto lo sama Rezar!"
"Foto? foto apa ?" Bianca semakin tak mengerti sekarang.
"Iya, aku ngaku kalau soal yang ketemu sama Rezar. Tapi kamu bilang foto, foto apa El?"
Muel masih diam, memalingkan wajahnya ke arah lain. Melihat wajah Bianca yang pasrah membuat emosi Muel labil, kuncinya sekarang Muel nurut dengan egonya dan hawa nafsu bawaan marah marah.
Bianca menggoyang goyangkan lengan Muel. "Cepet bilang, foto apa??"
"FOTO LO CIUMAN SAMA REZAR!"
"PUAS LO!"
Mendengar sentakan Muel yang kesekian kalinya, membuat pertahanan Bianca runtuh. Terbukti dengan satu langkah menjauhi diri dari Muel.
"Beneran El aku emang ketemuan sama Rezar, di depan gerbang sekolah kita. Tapi kalau foto itu aku engga tau apa apa."
"Dan engga ada yang terjadi kejadian, yang kamu bilang." jujur saja ini rasanya sakit, perkataan dari orang yang telah kita yakini dan cintai mengatakan nya, membuat sesak di dada.
"Mungkin lo bisa bohong, walau ini bukan kebenaran tapi tetep aja, ini salah!"
"Salah apa lagi??"
Muel kembali melangkah lebih dekat dengan Bianca, hingga sempit jarak di antara keduanya. "Gue kasih tau lagi, SMA Dirgantara adalah wilayah Relangga, Rezar adalah musuh Relangga karena apa? Dia ketua Galvator!"
"Lo juga jangan terlalu banyak tingkah, kecentilan jadi orang."
"Jangan bikin risih, cape." Muel membalikan tubuhnya mendekati sofa UKS.
Bianca melihat Muel duduk dan menutup sepasang matanya dengan tangan, merasa tak tega dan juga kasihan. Di sisi lain juga dirinya merasa sedikit kecewa, mood Muel saat ini mungkin sedang tak stabil jadi berpengaruh pada sekitar.
Ini belum selesai, Bianca akan meminta pada Muel untuk membahasnya kembali pada saat emosi kedua nya mereda dan lebih terlatih untuk menjaga sikap, perasaan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
MULINKA [END]
Novela JuvenilMuel Albachtera Luth seorang remaja lelaki yang bersekolah di SMA Dirgantara. Diri nya cukup populer karena karena termasuk dalam jajaran lelaki tertampan di sekolah, tak hanya itu status nya menjadi ketua geng motor yang bernama RELANGGA menambah k...