*16

11.1K 561 18
                                    

Pagi hari nya Bianca di buat ribet gara gara ia harus membawa dua tas. Tas sekolah nya dan tas Badminton nya, karena sepulang sekolah di adakan latihan berhubung lomba sebentar lagi. Dan apalagi sekarang Bianca harus membawa motor nya, bayangkan lah betapa ribet nya.

Bianca terduduk karena tali sepatu nya terlepas. Di lihat dari ekor mata nya ada satu motor berwarna merah dan di parkirkan tak jauh dari tempat nya berada. Ketika di buka helm full face itu, terlihat wajah tampan nan menawan hati siapa lagi kalau bukan Muel yang termasuk jajaran pria tampan sekolah.

Masih di lihat dari ekor mata Bianca, Muel berjalan mungkin menuju kelas nya. Kunci motor sudah di simpan di dalam tas nya, sekarang tinggal ke kelas. Dan mengganti celana menggunakan rok sekolah.

"Helm lo mau di tinggal? Gimana kalu ada yang maling?"

Sumber suara tersebut berasal dari belakanh Bianca, kepala nya di balikkan ke belakang dan melihat sosok Muel tepat di samping motor nya.

"Hehe lupa." ucap Bianca.

Muel membawa helm tersebut dan berjalan menuju Bianca. "Sini gue bantu."

"Ngerepotin banget ya aku." ucal Bianca.

"Udah tau ngerepotin, malah bikin repot sendiri." ucap Muel.

"Hmm, makasih ya " ucap Bianca.

"Hmm"

'Mulai lagi dingin nya' batin Bianca.

_____

Muel sedang duduk menghadap lapangan di lihat nya ke lima sahabat nya sedang di hukum karena terlambat datang ke sekolah.

"MUL LO GAK SOLID BANGET JADI TEMEN. " teriak Samudera.

"IYA, GAK CALLING CALLING." teriak Azka.

"Heh jangan teriak teriak, ini bukan hutan! " tegas Pak Didi.

Walau pun Pak Didi guru IPA, tapi beliau sangat di siplin. Dan menjadi wakil kepala sekolah.

Nathan ikut duduk di sebelah Muel, dan menatap ke arah depan. Tadi sedang di suruh berlari keliling lapangan. Sekarang haru memberi hormat pada bendera merah putih, seperti nya sampai satu jam pelajaran.

"Gue jadi keinget sesuatu." ucap Muel pada Nathan.

"Kenapa?" tanya Nathan.

Muel tersenyum tipis. "Dulu kita harus duel cuman gara gara, lo gak sengaja lempar bola basket ke kepala gue."

Nathan tersenyum singkat. "Gue nantang lo by one basket, lo nantang gue by one sepak bola yang lapangan nya besar."

"Hahaha." tawa Muel.

Nathan melihat ke arah Muel lalu beralih lagi. "Makasih udah jadi temen gue." ucap Nathan.

"Santai aja kali." ucap Muel menyender di kepala kursi, yang di bawa nya tadi dari kelas.

"Gak tau gimana nanti, kalau gue masih tetep sama temen fake." ucap Nathan.

"Gue salut sama lo, saking pinter nya lo sampe di tawar langsung jadi ketos." ucap Muel.

"Gue males sibuk. Ini semua udah bikin gue sibuk." ucap Nathan.

"Hehe pak bos sibuk selalu." ucap Muel.

"Lo juga pak bos." ucap Nathan.

Nathan pun sama menjadi CEO di peeusahaan milik ayah nya, karena sebagai pemasan, apabila nanti perusahaan keluarga nya di wariskan.

"Tapi gue liat lo jarang ke kantor." ucap Muel.

"Lagi baik baik, lo sendiri? " ucap Nathan.

"Lagi gak ada kerjaan juga." ucap Muel.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang