Apabila kalian fikir Bianca akan mengetuk ngetuk pintu apartemen dengan brutal, dan menerobos masuk, membujuk dengan paksaan supaya dirinya di beri maaf. Maka kalian salah, Bianca tidak melakukannya sama sekali.
Melihat dari reaksi Zaya padanya, itu sudah membuat semuanya jelas. Bahwa Zaya tak menyukainya bahkan terlanjur benci pada Bianca. Tidak ada orang yang akan tahan, mengira akan selalu ada malah kenyataan itu yang lebih menjauh.
Berusaha untuk tenang, dan kuat Bianca lakukan sekarang. Tanpa ucapan maupun perbuatan, tapi hanya bermodal keyakinan dalam hati.
Sekarang saja, Bianca berjalan di bawah langit gelap malam hari. Tak jarang dirinya melihat sekitar, orang orang sangat bahagia menikmati malam dengan pasangan, teman, sahabat, keluarga.
Dan untuk kali ini, semua itu terasa terenggut paksa dari sisi Bianca oleh keadaan dan situasi. Hanya orang yang memiliki rasa benci yang sangat besar pada Bianca, hingga niat melakukan semua ini. Bila dirinya bertemu dengan orang tersebut yang pasti akan memberikannya ucapan 'selamat' karena rencananya sukses, untuk memporak porandakan hidup orang.
Sedari tadi Bianca mencari lalu menunggu, taxi melewatinya tapi sampai sekarang masih belum ada. Memutuskan untuk terus berjalan sampai dapat taxi, dan dari apart tadi fikiran Bianca benar benar kosong.
Sudah kesekian kali nya Bianca terus melihat ke belakang, merasa ada yang mengikuti dirinya. Perasaan Bianca sudah tidak tenang sedari tadi, mari bersikap biasa saja sampai nanti rumah.
Set
Badan Bianca berbalik.
Seketika saja, tubuh Bianca tidak bergerak sama sekali, memandang diam seseorang dengan style serba hitam dengan wajah yang tertutup masker, juga topi di turunkan menutupi, yang juga sama diam dengan jarak sekitar satu meter.
Orang orang yang berlalu lalang di antara keduanya tidak menaruh curiga sama sekali, bisa saja Bianca berteriak mumpung situasi sedang ramai.
Tapi malah, Bianca tak bergeming sama sekali seakan ngebug.
Dugh
"Aduh kak, maaf maaf."
"Eh iya engga apa apa." Bianca langsung tersadar ketika ada orang yang tak sengaja menubruk bahu Bianca, saking ramainya jadi saling bertubrukan.
Bianca melihat sekilas seseorang yang menurutnya misterius itu, dan tak lama Bianca berlari kencang di tengah keramaian. Tanpa di duga si Misterius itu berlari tak kalah cepat mengejar Bianca.
Dan lagi lagi, tak ada yang menyadari. sibuk dengan kegiatannya tanpa mau ada yang mengganggu. Tapi Bianca sekarang sedang dalam masalah, otaknya memerintah untuk berteriak tapi tak juga di lakukan oleh mulut ini.
"Plise tolong."
Dan sekarang Bianca, masuk ke gang kecil dengan pencahayaan remang remang. Tangannya aktif menjatuhkan tong tong yang tadinya tersusun rapi, yang pasti untuk menghambat si Misterius.
Sial
Sehabis keluar dari gang, Bianca melihat kanan kirinya sepi tak ada siapa siap ataupun kendaraan yang melintas. Hanya jalan aspal sepi.
Bianca berjalan menuju sebrang untuk bersembunyi di balik pohon yang cukup besar dan tinggi. Badannya meluruh, terduduk dengan nafas memburu, keringat bercucuran, rambut berantakan, serta wajah kotor karena debu ataupun tanah.
Tangannya terangkat menutup mulut untuk memperkecil suara isakan yang tiba tiba saja menghampiri, sangat miris keadaan Bianca sekarang. Akankah dirinya itu di landa rasa ketakutan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MULINKA [END]
Teen FictionMuel Albachtera Luth seorang remaja lelaki yang bersekolah di SMA Dirgantara. Diri nya cukup populer karena karena termasuk dalam jajaran lelaki tertampan di sekolah, tak hanya itu status nya menjadi ketua geng motor yang bernama RELANGGA menambah k...