6

2.2K 161 77
                                    

"Lo suka Bianca dari kapan?" pertanyaan itu terlontar tiba tiba dari mulut Samudera, hati hati.

Dirinya memberanikan diri untuk bertanya dengan waktu yang tepat, ketika Muel belum sampai markas. Lagian ini juga takut berpengaruh pada perkawanan mereka, dan juga Muel sebagai ketua Relangga pasti geng ini pun akan terpengaruh.

"Lo engga perlu tau, yang jelas udah lama." ucap Dira cuek, mengepulkan asap dari mulut nya.

"Lo bukannya udah punya pacar?" tanya Nandan sekarang.

"Udah lama putus." balas Dira masih cuek.

Jali memasang wajah terkejut. "Lo bisaan banget pacaran diem diem, putus juga diem diem. Kalo gue baru juga pdkt udah membacot kemana mana."

Azka memutar matanya malas, apalagi dirinya yang setiap hari di sekolah membahas tentang Cila, memang perbacotan itu tidak akan pernah selesai sampai Azka memiliki Cila sepenuhnya. "Kenapa dan kapan lo bisa putus sama Melody?"

"Beda keyakinan. Melody anak satu satunya, Cewe, keluarga nya sayang banget. Putus udah lama, engga lama dari pertemuan di rumah baru Muel" seru Dira.

"Yang minta putus siapa?" tanya Nathan sehabis dari warung Abah, di tangannya memegang satu mangkok mie instan goreng.

Tangan Dira mengetuk rokok pada asbak di depannya. "Melody."

"Dari awal hubungan gue sama Melody udah di tentang keras sama ayahnya." jawab Dira lagi.

"Lo masih cinta sama Melody?" tanya Azka, saking asik nya bergosip Azka tak sadar sudah mencomot mie goreng milik Nathan.

"Gue tipikal orang yang cepet mupon." dengan nada datar Dira menjawab.

"Cepet mupon atau lo nya yang main main aja?" tanya Samudera menggali lebih dalam.

Dira menerbitkan smirk nya. "Soal hubungan, gue serius."

"Kalau dia udah minta putus, berarti udah ada rencana kedepannya mau gimana tanpa adanya gue. Buat gue juga siap engga siap harus ada rencana ke depannya gimana, tanpa adanya dia."

"Dan rencana lo, bikin Bianca jadi milik lo?" tanya Samudera datar, sudah makin terasa hawa hawa perang dingin di antara keduanya.

"Kalau masalah itu, biar jadi urusan gue." ucap Dira.

Samudera mengepalkan tangan di balik saku celana yang di kenakan. "Lo tau apa akibatnya?"

"Malah gue udah kebayang akhirnya gimana." Dira memberikan tatapan tajam pada Samudera, begitu pula sebaliknya.

Nathan yang sudah merasakan ketidak nyamanan itupun langsung membuat suasana mencair kembali. "Udah udah, kita bahas ini nanti lagi."

"Nanti kapan maksud lo?" tanya Samudera. Nathan tahu sekarang Samudera sudah tersulut emosi dan jadi gampang naik darah, biarkan Nathan menjadi pendingin.

"Situasi sekarang engga kondusif, kalau lo tetep mau nurut sama emosi lo semuanya bakal kacau." ucap Nathan datar.

Samudera mendengus kasar. "Oke fine."

"Dira. Lo juga, jangan macem macem." ucap Nathan memperingati Dira.

"Cuman satu macem, gak lebih." balas Dira menyebalkan.

Dira menatap remeh Samudera. "Lagian kenapa lo tanya tanya??" Samudera menggeram marah, berdiri dari duduknya menunjuk Dira dengan penuh penekanan. "Semua bisa tambah kacau lagi sama tingkah lo!"

"Perasaan orang engga bisa di tahan."

"Tapi perasaan lo itu salah!"

"Salah di mata lo!"

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang