10

2.7K 147 22
                                    

Ceklek

Bianca masuk ke dalam rumah, hari ini serasa seluruh tenaganya habis terkuras. Menghela nafas, menyenderkan badan pada pintu.

Baru pertama kali di hidup nya, menghadapi masalah yang bertubi tubi, apa akan cukup sampai di sini? tidak berjuang dan hanya pasrah.

Kejadian tadi pagi di sekolah, Bianca sendiri tidak menyangka nya sama sekali. Yang tadinya hanya untuk menengahi saja, melerai, tapi malah ada salah satu pihak yang tersakiti. Dan ini semua salahnya sendiri. Menderita di bawah tekanan dan ancaman, ternyata sakit nya tak main main, hingga melampiaskan pada orang yang salah.

Tring ting ting

Itu suara notifikasi dari ponselnya, merasa bodo amat siapa yang menghubungi. Tapi takut penting, untung ponsel milik nya tersimpan dengan aman di dalam saku rok. Karena tadi jalan arah pulang, hujan deras tiba tiba.

Mungkin sekarang sudah masuk musim nya.

08xxxxx
Aduuuh, kacian bangeeet
Gimana tadi di sekolah??

Jadi orang so soan sih
Udah tau masih punya masalah sendiri
pengen so soan jadi penengah masalah.

Bianca langsung mematikan ponsel miliknya, hampir satu jam sekali nomer itu terus memberikan pesan, entah itu ancaman, ejekan, atau hal lain yang negative.

Menarik kedua kaki lalu di peluknya, bayang bayang omongan teman teman di sekolah masih terngiang, Bianca menunduk dalam menenggelamkan di antara lipatan tangannya.

"Bentukan orang yang engga tau terima kasih."

"Udah ada yang bela malah di sakitin."

"Waras kah sayang?"

"Udah bela belain lebam, sakit sakit di sana sini, sama doi malah di tampar."

"Emang Bianca penting?"

"Cewe gak tau diri!"

"Kalau gue jadi Bianca, tinggal duduk manis aja."

"Tingkah nya say."

"Pasti sebentar lagi ngadu."

"Aku di bully, ahah so sad."

"Pantes aja Mischa sama Caramel, udah engga sering bareng sama dia beuh tingkahnya."

"Skip aduan."

"Tukang aduan, tukang selingkuh, tukang pengkhianat juga nanti."

"Coming soon ye kan."

"Orang jahat di bela."

"Orang baik yang di sia sia kan."

Pokoknya masih banyak lagi, sudah ada banyak anak panah yang menancap tepat di hati Bianca walau tak nyata dalam fisik, tapi terasa dalam fiksi.

Dulu pun seperti ini, tidak mau terulang kembali, tapi ternyata lebih lebih dari sebelumnya. Bianca hanya ingin bercerita tentang masalahnya, entah tiba tiba jadi begini.

Tetes air dari rambut Bianca mengucur membasahi lantai rumah nya, hanya bermodal lari cepat Bianca menembus hujan yang sangat deras itu, badannya serasa remuk, pengelihatan kabur karena air mata yang menggenang di pelupuk mata, kepala berdenyut denyut.

"Ia."

Bianca mengangkat pandangan, di depannya sudah berdiri seorang gadis yang sepantaran dengannya, siapa lagi kalau bukan Cloui. Cloui merendahkan tinggi nya, berlutut menyamakan tinggi dengan Bianca.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang