*45

5.4K 238 89
                                    

Sesuai dari arahan Vito, Muel sekarang berada tepat di depan gerbang rumah Bianca. Muel merasa bahagia karena Bianca sudah sampai di rumah. Seketika dirinya termenung sebentar bahkan ia tak melakukan apapun. Apakah itu bisa di sebut perjuangan Muel terhadap Bianca?

Bahkan pelakunya pun belum tau siapa, yang Muel yakini ini semua salahnya dirinya yang tak bisa menyelamatkan Bianca, dan musuhnya pun banyak, berada di mana mana mungkin Bianca akan menjadi sasaran nya.

Akhir akhir ini pikirannya sedang tidak sinkron dengan hati, saling bertolak belakang hingga mencari jalan tengah yang tidak mudah.

Sruuk sruk sruk

Muel mengalihkan pandangannya pada sumber suara. Vito berjalan santai nan perlahan supaya tak ada suara, remaja di hadapan Muel itu terlihat bercucuran keringat membasahi wajah gantengnya. Dan juga nafas yang terengah engah.

"Mon maap bang gue kerja keras banget, buat keluar sini." ucap Vito sedikit berbisik.

Muel mengangkat sebelah alisnya, di dalem ngapain? "Huh, gini loh bang. Gue pelan pelan ke sini, setiap hari teh Bianca kenapa napa waktu engga ada bapak sama ibu. Pasti teh Cloui kunci in setiap pintu sama jendela, persis kaya hukuman tapi berdampak semua sama orang rumah." jelas Vito.

Muel mengangguk, Vito melihat sudut sudut rumah yang bertumpu pada kamar Bianca tepat di lantai dua.

"Sini bang kita naik pake tangga." ajak Vito membenarkan letak tangga di sisi balkon kamar Bianca. "Terlalu bahaya lewat dalem pasti keluar udah jadi tulang belulang, teh Cloui lagi jadi macan." gumam Vito.

Muel mendengarnya pasti Cloui marah engga, marah banget. lihat wajah nya saja pasti sudah muak apalagi masuk rumah bisa bisa di terkam.

"Gue naik." ucap Muel menaiki perlahan anak anak tangga dan berusaha fokus agar tidak terjatuh.

"Sok A, gue tunggu di sini aja sambil cari jaringan." Vito duduk tepat pada anak tangga pertama sekaligus menahan Muel yang menaiki tangga.

Sampainya Muel pada tangga terakhir, lelaki itu menyebrangi pembatas balkon dengan melompat. Muel tersentak ketika Bianca memang sedang berada di Balkon, gadis yang sangat Muel cinta itu tidak terusik dengan keberadaan Muel.

Terlihat Bianca yang menyumpal kedua telinga alat untuk mendengarkan lagu, selimut yang menyelimuti seluruh kakinya dengan atasan Hoodie oversize, wajah cantik nan menawan hati itu terhalang oleh rambut panjang nya dengan tudung hoodie yang menutup sebagian kepala.

Muel heran tak seperti kebanyakan gadis, Bianca sekarang sedang duduk di atas kursi goyang, yang membuat Bianca bergoyang ke belakang dan ke depan dengan perlahan.

Bianca terlihat damai hingga Muel tak sanggup menganggu nya. Dengan langkah perlahan serta tatapan sendu Muel mendekat pada Bianca duduk tepat di bawah menghadap Bianca, kedua tangan kekarnya menggenggam kedua tangan gadisnya hangat.

Sang empu tidak ada reaksi apapun, di situ Muel mendesah pelan merasa kekecewaan yang mendalam, tapi bahwasannya gadis cantik di depannya ini merasakan kekecewaan yang lebih lebih dalam, dari pada yang Muel rasakan.

Muel merasakan sedikit pergerakan pada tangan yang di genggam nya, sontak Mue mengangkat kepala karena sedari tadi menundukkan kepalanya pada pangkuan Bianca.

Sekarang kedua manusia remaja yang berbeda jenis kelamin itu saling menatap satu sama dengan yang lainnya. Bianca menatap Mue dengan tatapan yang tak dapat di artikan, sedangkan Muel menatap Bianca dalam tersirat ada kerinduan dan rasa bersalah.

Bianca melepas genggaman, mengangkat kedua tangan untuk mengucek mata. Sempat Muel mendesah karena harus menelen kekecewaan, tapi dirinya salah Bianca hanya mengucek matanya saja tidak berniat apa apa selain itu.

MULINKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang