"Iye, Nyak. Aye berangkat sekarang," kata gadis berseragam ala anak SMA, yang tengah menyisir rambut panjangnya di hadapan cermin.
"Cepetan lo berangkat, entar kesiangan!" teriak enyak dari depan pintu.
"Iye Nyak, aye berangkat," katanya lagi, dengan nada pelan.
"Aye berangkat, aye berangkat, lo masih di sini," gerutu enyak, seraya mengulangi ucapan gadis itu.
Kini jari jemarin wanita paruh baya itu mengambil sapu yang ada di hadpannya. Nampaknya benda itu akan melayang menghampiri gadisnya.
Gadis itu bernama Siti Fatimah. Berbeda dengan sifat Sayidatuna Fatimah. Ia hanya mirip namanya saja dan tidak dengan sifatnya.
Karena Siti Fatimah ini lahir di Jakarta. Sudah tidak lumrah lagi, jika ia memiliki suku betawi.
Siti Fatimah yang sering dipanggil Fatim, berangkat sekolah dengan sepedanya.
Ia akan masuk ke kelas baru. Beberapa minggu lalu ia sudah mengadakan kenaikan kelas dan kini ia duduk di kelas 11 IPS 1.
Fatim memang ingin sekali masuk kelas IPA, karena dikenal dengan murid pintar. Namun jika ia masuk kelas IPA, tentu ia akan kesulitan dalam belajar. Dia mah numpang nama doang.
Fatim masuk ke kelas yang mana sudah banyak murid lain.
"Loh, kok lo ke sini? Nih bukan kelas lo."
"Lah, terus kelas gue mane?" tanya Fatim.
"Sebelah sono, Onèng," sahut seorang siswi.
"Oh, biase aje dong ngomongnye. Gak usah pake gas," cerca Fatim, lalu ia pergi ke kelasnya.
Di kelas banyak sekali murid yang duduk sembarangan, tak beraturan, dan lantainya pun kotor.
Fatim mengambil sebuah meja dan kursi, lalu menempatkannya di posisi yang tepat, yakni di belakang kelas. Ia lebih senang duduk di meja paling belakang agar bisa tidur.
Tak lama bel berbunyi, semua murid berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.
Di tengah pelaksanaan pengibaran bendera, Fatim merasa sangat lelah.
Brak!
Fatim pingsan. Terlihat dari dalam ruangan, ada seorang siswa berlari menghampiri Fatim dan langsung menggendongnya ke dalam ruang UKS.
Fatim direbahkan di sebuah bed pasien, kemudian hidungnya diolesi minyak kayu putih.
"Anjir, bau apaan nih?" batin Fatim, yang memejamkan matanya.
"Fatim bangun, ngapa lo?" tanya siswi yang menjanga di ruang UKS.
Siswi ini sahabat Fatim dan selalu berbuat sembrono. Dia bernama Erika, kelas 11 IPS 2.
Erika khawatir dengan Fatim yang belum sadar juga. Erika meneteskan minyak kayu putih ke hidung Fatim lagi. Namun bukanya dibiarkan menetes. Erika malah memencet botolnya, sehingga menyemprot ke dalam hidungnya.
"Argh, argh. Bego lo, masuk ke idung gue!" raung Fatim, yang bangun tiba-tiba dan berusaha membuang air kayu putih yang masuk ke lubang hidungnya.
Erika panik, karena dia tau bahwa kayu putih ini panas. Erika langsung mengambil sapu tangan yang ada di dalam lemari kaca dan membasahinya dengan air.
Langsung saja Erika menutupi hidung Fatim dengan kain basah itu. Setelah beberapa menit, Erika membasuh minyak itu. Terlihat hidung Fatim memerah. Erika malah mentertawainya.