Jam sudah menunjukan pukul 11 malam, mengharuskan ia pulang ke rumah. Dengan sedikit kecewa, karena pelanggannya sedikit, ia merapikan barang dagangannya.
Namun, saat setengah barangnya sudah dimasukan ke keranjang, ada pelanggan memesan martabak telor jumbo. Fatim semangat lagi, ia mengeluarkan barang yang tadi ia masukan ke keranjang, dan mulai membuat martabak telor.
Belum selesai menggoreng, datanglah 2 orang pria memesan martabak juga. Sepertinya jika Fatim yang jualan, ramenya malam dan bukan sore.
Akhirnya Fatim pulang larut malam. Jam menunjukan pukul 1 pagi dan ia masih menggoes sepedanya. Jalanan yang sepi, sunyi, keueung, dingin, dan mencekam, membua Fatim sedikit iseng.
Ia tetap menggoes sepedanya di keheningan malam ini. Hingga ia melihat sorotan lampu mobil menyorot ke arahnya.
Mobil itu berhenti di depannya. Ada 3 orang pria turun, dan langsung menangkapnya dengan paksa. Fatim sedikit bisa pencak silat, sehingga dapat mengundur waktu.
Di sisi lain.
Abi sedang mencari udara segar dengan mengendarai motor kawasaki 250 cc miliknya.
Semilir angin, membuatnya sangat menikmati suasana malam ini. Ia berhenti di sebuah jalan, karena melihat ada perkelahian antara 1 gadis dan 3 pria.
Abi langsung menarik gasnya dan menabrak satu pria yang terlempar oleh gadis itu ke jalanan.
Brak!
Cleng!
Pria itu terbang, lalu jatuh menimpa tong sampah.
"Fatim, lo gak apa-apa?" tanya Abi khawatir.
Oh, mereka bertemu.
"Santei aje," sahut Fatim, dengan wajah membanggakan dirinya.
Bak!
Dari belakang, Fatim dipukul pria itu dengan balok, membuatnya terjatuh dan kesakitan.
"Argh," rintihnya.
Abi langsung melumpuhkan ke-2 pria itu dengan cepat. Usai melumpuhkan mereka, Abi membawa Fatim ke kursi, yang ada di pinggir jalan.
Dengan sekuat tenaga, Fatim membuka matanya, namun ia sepertinya akan pingsan.
"Aduh, sakit banget pala gue," ucap Fatim, lalu ia pingsan di paha Abi.
Abi mengambil ponsel dari dalam saku celananya. Ia menelepon temannya, agar segera ke lokasi, di mana kini ia berada.
Beberapa menit kemudian, datanglah Reno---teman Abi yang beda sekolah, namun satu angkatan. Reno membawa mobil karena disuruh Abi.
"Buset, lu apain tuh cewe?" tanya Reno kaget, karena dia tidak pernah melihat Abi sedekat ini dengan perempuan.
"Udah, jangan banyak ngomong, cepetan buka bagasi!" titahnya.
"Wah gila lo. Lo bunuh dia?"
"Pea lo. Bukan buat nih cewe, tapi sepedanya. Lo masukin ke bagasi," jelasnya.
"Oh." Reno turun dari mobil, mengambil sepeda, lalu menyimpannya di bagasi, dan beberapa barang-barang yang berserakan.
Abi menggendong Fatim ke mobil. Keduanya duduk di belakang. Reno langsung melajukan mobilnya.
"Ke mana kita?" tanya Reno bingung.
"Rumah gue aja," sahut Abi datar.
"Nyokap lo?"
"Biar gue jelasin, apa yang terjadi," sahut Abi.
Tak membutuhkan waktu lama, mereka sampai di pekarangan rumah Abi yang besar. Masuklah mobil ke dalam gerbang.