Ting, ting.
Pesan masuk ke ponselnya.
[Erik]
Ada acara, di Monas[Aing]
Apaan Malih? gaje loMetal, wa
Cuslah, otewekeun. Jemput gue nyet
Mengogey
Read.
Fatim langsung bersiap dengan style metalnya.
"Mau ke mane lo?" tanya enyak yang masuk ke kamar Fatim dengan tiba tiba.
"Refresing dulu, Nyak."
"Represing-represing. Jualan sono, mumpung libur," decit enyak.
"Ya Illah, Nyak. Sesekali nape aye refresing," keluh Fatim.
"Kagak-kagak, mending lo jualan, ato latihan kek," dalih enyak.
"Bentaran, Nyak," desaknya.
"Bentatan lo, kan seharian, Tim?" Enyak mengingatkan.
Fatim manyun di depan enyaknya.
Bak!
Kepala Fatim ditimpah bantal.
"Agh." Reaksi Fatim, namun tak bersuara.
"Ganti baju, kite latian," paksa enyak, lalu pergi.
"Tadi nyuruh jualan, karang latihan. Gimane sih si enyak," gerutunya.
Disaat enyak sudah ke luar dari kamar Fatim. Ia langsung melompat ke jendela, berlari menuju pangkalan ojek.
"Neng, ojek Neng?" tawar si mamang.
"Kagak, Bang," sahutnya dengan ngos-ngosan.
"Lau ngapain di mari, kalo gak mau ngojek?" kesal si mamang.
"Nunggu temen gue, bacot banget lo," cercarnya tanpa rasa takut.
"Lo gak sopan ame yang tua," sergah si mamang.
"Emang lo tua, Bang?" tanyanya dengan nada mengejek.
Si abang tukang ujek berdiri dan bersiap melemparnya. Namun ia langsung berlari.
"Lempar aja ke abang yang di samping lo!" teriaknya, saat sudah jauh.
"Cah semprul!" teriak si mamang geram.
"Banyak hambatan mulu, dah," gerutu Fatim yang kini sudah berjalan gontay.
Wengggggg!
Mobil melintas dengan kecepatan tinggi yang hampir saja menambraknya.
"Ah." Fatim terjatuh oleh rem kakinya sendiri.
Si pengemudi langsung ke luar mobilnya dan melihat orang yang hampir saja ia tabrak.