Abi langsung memeluknya, agar emosinya sedikit mereda.
"Maafin gue, gue beneran lagi galau," rengeknya.
"Lepasi gue!" bentak Fatim.
Abi tetap memeluknya.
"Lepasin gue," pintanya lagi, sedikit menurunkan nada bicaranya. Abi masih kekeh.
"Lepasin gue, tangan gue pengen bego, nahan elu," desit Fatim yang kini berterus terang. Abi melepaskan pelukannya dan duduk di depan Fatim.
"Badan lo berat banget," cerca Fatim, sambil memijit lengan tangannya sendiri.
"Jadi si Curut ini suka sama gue?" goda Abi, sambil menunjukan giginya.
"Suka nabok lo!" sergah Fatim malu.
"Suka nabok, apa suka ...?" Mata Abi ke atas.
"Suka bikin onar ," dalih Fatim sambil menunduk.
"Mampus, gue kira dia mati beneran," batin Fatim.
"Jalan yuk," ajak Abi datar.
"Bedmood gue," tolaknya.
"Ayolah, gue juga lagi bedmood," rengek Abi.
"Males, Bambang."
"Gue kasih sepatu deh?" tawar Abi.
"Ayo, lah, jangan iming-imingin gue. Gue gak bisa," rengek Fatim. Fatim pun berdiri dan menarik tangan Abi. Keduanya pun pergi dengan motor sewaannya.
Duduklah keduanya di sebuah pasar malam yang ada komedi putar.
Fatim meninggalkan Abi di kursi untuk sementara. Ia membeli dua es krim, lalu kembali duduk di sampingnya.
"Nih." Fatim menyodorkan es krim.
"Buta gue?" tanya Abi polos.
"Iya, Udin," kekeh Fatim.
"Kok gue yang strowberry, sih?" sungut Abi, tak suka.
"Gue pikir lo gak suka coklat, makanya gue beliin stoberi."
"Bukan setoberi, Markonah. Tapi strow-ber-ry," jelasnya penuh penekanan.
"Kayanya gak mungkin deh lo suka coklat. Andenya gak ada masih-manisnya," dalih Fatim, lalu tersenyum.
"Sinii, ah." Abi mengambil paksa es krim yang sudah Fatim gigit.
"Ih."
"Lo yang ini aja, lo kan cewe?" paksanya.
"Gak ada kaitannya, cewe harus suka stoberi," sergah Fatim.
Abi masih memegan kedua es krim di keduana tangannya. Fatim yang cerdik menatap wajah Abi. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, lalu keduanya saling menatap.
Tap.
Yummy.
Fatim menarik tangan kanan Abi, mendekatkan mulutnya, lalu Fatim mengigit es krim coklat itu dengan cepat.
"Ah elah, gue kecolongan," rengeknya, sedang Fatim tertawa sambil menutupi mulutnya yang penuh es krim.
"Fat?" panggil Abi pelan.
Fatim menghentikan tawaannya. "Ngape?"
"Kenapa gue gak bisa hidup bebas kaya lo?" lirihnya parau.
"Abi, lo punya segalanya, tinggal manfaatin aja dan syukuri," kata Fatim.
Abi menatap ke depan, perlahan ia menikmati es krim yang telah Fatim gigit. Fatim hanya melihatnya heran. Cowo sekaya dia mau makan bekas gigitannya, begitu pikirnya.