Pulang sekolah Fatim di suruh belajar, membuat adonan martabak telor ala babehnya. Dengan sedikit beralasan ia memperlambat waktu.
Alasannya tidak lain adalah, ingin mengerjakan PR terlebih dahulu. Namun, bukannya PR yang ia kerjakan, melainkan menonton drakor yang membuatnya setengah gila.
"Fatim, gua empos juga lu." Enyak tiba-tiba masuk, disaat Fatim sedang menghayati adegan.
Namun, Fatim yang mendengar pintu dibuka, ia langsung menyimpan ponselnya di bawah buku yang telah terbuka, untuk jaga-jaga.
Jadi, enyak taunya bahwa Fatim ini memang belajar, bukan main ponsel. Fatim yang berupa-pura belajar pun, menjiwai perannya dalam aktingnya.
Enyak kembali ke dapur dan Fatim kembali dengan drakornya. Enyak yang sering kali dibohongi Fatim, langsung kembali membuka pintu dan melihat Fatim sedang mulai menonton.
Tak sempat Fatim menyembunyikan ponselnya, enyak keburu merampas itu dari genggamannya.
"Emang anak kurang ajar lu ye." Enyak menjewer Fatim, menyeretnya ke dapur dengan jari yang masih menjewer Fatim.
"Bikin tuh adonan!" titah enyak dengan nada tinggi.
Fatim pun dengan terpaksa, membuat adonan yang pernah babeh ajarkan padanya. Sedangkan enyak penasaran, apa sih yang ditonton Fatim, sehingga ia lupa waktu.
Enyak pun keluar dapur, duduk di kursi dan mulai menonton drakor yang beberapa menit lagi tamat.
Beberapa menit kemudian.
_____TAMAT______
"Yaaaaah," rengek enyak, karena dia sudah terbius oleh drakor ini.
Enyak mulai mencari beberapa film lainnya. Hingga Fatim selesai membuat adonan, dan enyak masih asik dengan ponsel Fatim.
Fatim melihat enyaknya asik nonton, ia pun menjadi kesal.
"Nyak?" panggil Fatim.
"Abis kuotanya," sambungnya, seraya merampas ponsel di tangan enyak.
"Ya elah, Tim, liat bentaran doang," ucap enyak.
"Enyak beli aja ponsel baru, yang bisa yutuban," usulnya.
"Kan itu ada." Mata enyak menujuk ponsel yang ada di tangan anak gadisnya.
"Ada apa?" Wajah Fatim menyeringai.
"Ponsel lu."
"Jangan, Nyak . Kan ini suka aye pake buat belajar juga," elak Fatim.
Tak lama babeh pulang.
"Beh, udah pulang aje?" sambut enyak.
"Iya, jualannya laku, alhamdulillah," sahut babeh dengan lesu.
Fatim berlari ke kamar.
"Fatiiim!" teriak enyak, yang menyadari anaknya ngabret.
"Fatim mau tidur, udah malem," sahutnya dalam kamar.
Di pagi harinya, Fatim bangun dengan mata panda, karena ia distrakted oleh drakor kampret.
"Aigooooo," lirih Fatim, mengikuti kata-kata dalam drakornya.
Ia bangun lalu mandi.
Di dapur.
"Babeh mana, Nyak?" tanya Fatim, sambil memakan sarapannya.
"Belanja."
"Emh, Nyak sore ini Fatim ekschool, jadi pulangnya sore."
"Yaudah, iye."