Cahaya matahari yang masih hangat menembus hordeng yang jendelanya tak ditutup. Semilir angin pagi menghempus dan menyeruak ke dalam hidung.
Perempuan berambut panjang ini mengernyitkan matanya yang masih tertutup. Ia memaksakan bagun di pagi ini.
Semalam ia tak bisa tidur, karena badan Vidi sangat panas, mengharuskannya mengompresnya sampai bisa terlelap.
Ia bangun untuk membereskan rumah yang sedikit berantakan. Menguncir rambut terlebih dahulu, sebelum ia siap dengan pekerjaan paginya.
Kaos putih ukuran L, celana jeans pendek dikenakan. Memudahkannya untuk bergerak bebas.
Mulai dari mengumpulkan pakaian kotor, mencucinya di mesin cuci. Mengumpulkan piring dan gelas kotor yang bersarang di mana-mana, lalu mencucinya.
Ia membuka toples beras. Terlihat berasnya menyusut. Mungkin tinggal satu gelas lagi. Ia pun memasaknya dengan hati yang sedikit tersayat.
Membuka kulas, melihat isi di dalamnya. Tinggal sayur bayam lagi. Lagi dan lagi sayur bayam ia sediakan di rumahnya. Bukan hanya sehat, bayam juga murah di sana.
Ia memasak bayam yang hanya beberapa tangkai saja, dengan banyaknya air. Usai bajunya selesai, makanan siap, ia pun pergi ke kamar. Dilihatnya Vidi masih tertidur lelap. Ia ingin mengelapnya, tapi jangan dulu, mungkin Vidi masih demam.
Ia pun bergegas mandi, usai merapikan apartemen yang memiliki dua kamar tidur, dua kamar mandi, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, dan dapur yang lumayan luas.
Kini ia sudah rapi dan cantik, menurutnya. Ia melirik meja belajar itu. Kini sudah tak ada buku ataupun laptop.
Minggu lalu ia telah menjualnya demi makanan. Ngahelas lemah, melihat di meja belajar sudah tak ada tumpukan buku.
*Ngahelas= bernapas lelah, dengan badan yang lelah juga/membuang napas pasrah*
Tak lama Vidi terbangun dari tidurnya. Ia terlihat tak bersemangat untuk mengacak-acak rumah. Ia bangun dan menatap bundanya.
"Nda?" panggilnya layu.
Fatim pun menoleh kaget. "Anak bunda udah bangun?" sapanya ceria, sambil memeluk Vidi.
Ia menggendongnya untuk diberi sarapan. Didudukannya Vidi di kursi, ia menyuapinya dengan sangat perlahan.
Nampak Vidi lahap makan hanya dengan nasi dan sayur bayang yang banyak airnya. Fatim meneteskan air mata, melihat anaknya yang mau makan dengan apa saja.
***
Siang ini Vidi tidur lebih awal. Ia ingin segera mencari pekerjaan, namun bagaimana dengan Vidi? jika ia pergi.
Berpikir sejenak. Pikirannya menangkap Erika yang sudah lama tak berkabar. Mungkin dia mau membantu?"
Ia meneleponnya cepat. Setelah diangkat, ia langsung pada intinya, memintanya untuk menjaga sebentar anaknya, sedang ia akan bekerja.
Erika yang dasarnya baik padanya, mengiakan keinginannya. Erika segera meluncur ke apartement itu.
Setelah lama menunggu, akhirnya si Kunyuk Erika datang. Segera ia pergi ke luar, sambil berkata. "Jagain anak gue. Kalo dia laper, kasih aja nasi ama sayur bayem. Gue lagi kagek ada duit. Jadi kasih apa aja. Gue pergi dulu."
Fatim berjalan mengikuti lurusnya jalanan yang banyak sekali mobil dan motor yang saling bersahutan klakson. Mungkin mereka jenuh?
Fatim melihat sebuah warung makan yang ramai. Ia pun menghampirinya.
"Permisi, Bu. Ade kerjaan kagek. Aye lagi butuh kerjaan nih," ucapnya langsung pada inti.
"Ade sih, tapi cuci piring. Sono cepet. Gue lagi banyak pelanggan, nih," singkat ibu pemilik warung makan ini.