45. Tahun Ajaran Baru.

7 2 0
                                    



Tahun ajaran baru dimulai. Kini Fatim sudah duduk di bangku kelas 12 IPS 1.

Terlihat di kelas Fatim sedang tidak ada guru. Mereka hanya bermain, bercanda tawa, dan membuat kelas gaduh.

Ada yang duduk di atas meja dengan sepatu barunya, siswi paling kaya bangga dengan rambut ikalnya, siswa kaya dengan jam tangan merek hermesnya, dan Fatim yang asik bergelut dengan upilnya di belakang kelas.

"Euh, akhirnya kena juga lo." Fatim telah berhasil menggaet upil yang nyelip di antara bulu hidungnya. Kini ia harus bertarung lagi dengan upil yang selalu menempel di telunjuknya.

Ia berusah menyentil upil itu, tapi sulit lepas. Ia pun tak kehabisan akal. Jari Fatim memegang celana teman sekelasnya yang sedang duduk bersampingan.

Set.

Set.

Akhirnya si upil dengan kekuatan menempelnya bisa dikalahkan oleh kain celana siswa itu.

"Hah, cape gue," kata Fatim lelah.

"Cape ngapain, orang lo dari tadi cuma ngupil doang," timpal Dila.

"Bego lo, ngupil doang cape," tambah Syarifah.

"Capelah. Gue abis gelut ama tuh upil," jawab Fatim.

"Tolol lo." Alam menoyor pelipis Fatim.

Dot

Fatim kejedot. "Et, Kontil, jadi kejedot kan gue," caci Fatim.

"Jorok lo, Fatim," ejek Yogi.

"Bodo amat." Fatim membaringkan badannya di lantai. Kedua telapak tangan Fatim saling bertumpukan dan menjadi bantalnya. Tubuhnya berhadapan dengan atap kelas.

Matanya mulai sayu. Perlahan ia memejamkan matanya. Baru saja dia akan masuk ke mimpinya, eh, si Dila ngegebrak meja agar Fatim kaget.

Brak, brak!

Brak, brak!

"Guru, guru, guru!"

Dengan cepat Fatim berdiri dan berjalan menuju kursinya dengan sempoyongan.

Brag, brig, brug.

Fatim menabrak beberapa meja.

"Argh," rintihnya.

Seisi kelas mentertawai Fatim yang takut akan kedatangan guru.

"Anjeeeeeng!" raung Fatim.

Tanggung emosi ia pun berteriak lagi, "WOY, NGAJAR KAGEK LO. MAU MAKAN GAJI BUTA LO!"

"Maaf, saya telat," ucap seorang lelaki yang akan menjadi calon guru di sekolah ini.

Mulut Fatim yang terbuka, kini langsung rapat. Matanya melotot, pandangannya ke depan. Perlahan kepalanya menoleh ke belakang.

"Silahkan duduk yang rapi," titah guru baru itu, ramah.

Fatim langsung menurunkan pantatnya dari atas meja, lalu duduk di kursinya.

"Hai anak-anak! Saya Pandu dan saya baru ngajar di sini. Mohon kerja samanya ya," tutur Pak Pandu si guru muda dan ganteng. Nampaknya ia akan menjadi saingan Pak Adi.

"Kita akan belajar ekonomi ya, anak-anak," kata Pak Pandu penuh antusias.

"Nanggung, Pak, udah setengah sembilan," cetus Fatim dari kursi paling belakang.

"Gak apa-apa. Ini karena saya telat, jadi belajarnya sebentar. Tadi di jalan saya kena macet," tukasnya.

"Macet, apa macet?" sela Fatim.

Cah Semprul ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang