43. Copet Sial.

9 2 2
                                    



Pagi yang masih gelap  ini menambah kesan nikmat dalam rebahan. Namun tidak dengan gadis konyol satu ini. Ia dibangunkan enyaknya dengan pukulan maut mendarat di pantatnya, membuat gadis yang tengah mimpi ini langsung tidur.

"Enyak apa-apaan sih? Masih pagi juga." Fatim membuka jendela, terlihat langit masih gelap.

"Nyak, masih gelap, mau ngapain sih?!" teriak Fatim kesal.

Enyak berdiri di hadapannya. Fatim baru sadar, bahwa enyak mengenakan pakaian silat.

"Hahahah, ngapain sih, Nyak, segala pake baju gituan?" tanya tambil sambil tertawa.

"Cepetan pake baju silat lo. Kita latihan." Enyak pun keluar.

Dulu enyak dan babeh dipertemukan di sebuah pondok silat. Keduanya sangat mahir dalam pencak silat, hingga keduanya akrab, karena sering berlatih bersama.

Sampai akhrinya keduanya menikah dan memiliki anak seperti Fatim.

Enyak sudah berdiri di halaman rumah menunggu sang anak. Keluarlah Fatim yang sudah rapi mengenakan pakaian silat pemberian babehnya.

Orang lain olah raganya joging, fitness dan lain-lain ini dia malah belajar silat, malah pagi-pagi banget lagi.

Fatim yang ngeyel ia menggerutu sepanjang latihan. Enyak tau bahwa ia tak begitu pandai dalam silat. Makanya enyak mengajarkannya.

Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi. Enyak menghentikan latihannya dan akan dilanjut esok pagi.

Fatim membersihkan dirinya, lalu membuat sarapan.

Saat sarapan enyak membuka pembicaraan. "Lo harus bisa silat, buat jaga-jaga."

"Iye, Nyak," sahutnya cuek.

"Abi ini lo ke pasar, beli bahan-bahan," titah enyak.

"Iye, Nyak." Jawaban itu yang selalu Fatim lontarkan atas perintah enyaknya.

Usai sarapan, Fatim pergi ke pasar dengan sepeda ninjanya.

Saat tengah berbelanja, ia meliha gerak-gerik seorang pria yang aneh.

Set.

Pria itu mengambil sebuah dompet di dalam tas wanita paru baya, yang tengah asik nego harga cape. Dia berlari melewati Fatim. Kaki Fatim segera terangkat untuk membuat si pria tersandung. Jatuhlah tuh orang di hadapan Fatim. Namun si pria segera berdiri untuk berlari seedan-edannya.

"Copet!" teriak Fatim.

Semua orang yang mendengar teriakannya, langsung mengikuti Fatim yang mengejar copet.

Copet itu memiliki keahlian dalam berlari. Bahkan warga pun tertinggal. Fatim masih terus mengejarnya.

Ia kewalahan dalam mengejarnya. Ia pun memilih untuk mencari gang lain. Dari kejauhan, matanya menangkap pencopet itu. Ia ancang-ancang untuk menerkamnya.

Setelah dekat, Fatim menendangnya hingga terjungkal.

Pencopet itu berdiri dengan tenangnya. Ia nampak tak kesakitan setelah mendapat tendangan melayang dari Fatim.

Bak.

Bak.

Bak.

Keduanya saling baku hantam dalam beberapa menit. Saat Fatim akan melumpuhkannya, dia mengeluarkan pisau lipat yang ada  di dalam kantong celananya.

Sep!

Pisau itu menancap di area perut Fatim. Keluarlah darah dengan deras dari tusukan itu. Namun  Fatim berhasil melumpuhkan copet itu dengan ajian silat terakhirnya.

Cah Semprul ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang