Fatim duduk di sampingnya dengan sedikit ragu.
"Gak usah sungkan, saya kenal deket kok, sama Babeh Juki," kata mama Abi.
"Kok bisa?" tanya Fatim heran.
"Papa tante sering beli makanan ini sama babeh kamu. Rasanya juga enak," sanjungnya, sambil mencicipi martabak tersebut.
"Emmm, enak," sanjungnya. "Kamu sama kaya babeh, masakannya enak," sambungnya yang dibalas senyuman oleh Fatim.
"Maaf ,Bu, aye harus ke lapak lagi," pamit Fatim.
"Gak usah panggil Bu. Tante aja," kata mama Abi.
"Oh iya, Tante."
Di lapak.
Fatim duduk di kursinya, dengan rasa bosan yang lagi-lagi mengganggunya.
Ditengah kebosanannya, datanglah Erik, membawa sesuatu untuknya.
"Hey?" sapa Erik.
"Eh elo, ngape?" tanya Fatim.
Tanpa menjawab, Erik menyodorkan papper bag.
Fatim dengan wajah polos, mengambil dan segera melihat isinya.
"Waw, keren banget!" teriaknya. Sebuah kotakpersegi panjang, bertulisan merk ponsel.
"Makasih, Rik, gue udah lama pngen beli ini, andenya mahal," sambungnya, sambil menggerutu.
Erik sejenak kaku. Rupanya Fatim tak sadar tengah memeluk Erik. Fatim pun segera melepaskan dekapannya. Namun Erik segera memeluk Fatim yang sudah merenggang.
"Lo kangen ya?" goda Erik.
"Ih, apaan sih lo? Fatim mendorongnya.
"Masa sih lo gak kangen sama gue. Kita kan udah lama gak ketemu?"
"Ya kagaklah, Samsudin," decit Fatim.
"Sejak kapan nama gue diganti?" tanya Erik, sambil nyengir
"Barusan."
"Emang nama lo mau diganti? Jadi, Siti Fatimah Samsudin?" goda Erik.
"Ih, gak jelas lo." Fatim menonjok perut Erik, perlahan.
"Argh, galak lo," raung Erik.
"Eh, gimana hubungan lo sama Erika," tanya Fatim, mengakihkan pembicaraan.
"Ya, biasa aja."
"Lo gak nyakitin dia, kan?"
"Kagaklah."
"Tapi, dia bahagia gak?"
"Gak tau gue."
"Lah gimana sih lo. Kan lo pacarnya?"
"Kan gue gak tau perasaannya."
"Tolol lo!" sergah Fatim, kesal.
"Kan gue bilang, gue sukanya sama lo," ungkap Erik.
"Eh, yang suka sama lo tuh temen gue, bu-"
"Lo suka, kan sama gue?" potong Erik.
***
Di sekolah, pelajaran mulai digeber, karena minggu depan akan diadakan ujian kenaikan kelas. Fatim mengikuti pelajaran seperti biasa.
Mood-nya kadang baik, kadang tidak. Terlihat saat ini Fatim menyanggah dagu dengan tangan kirinya dan tangan kanan memegang pulpen.
Tak jarang kepalanya turun ke bawah, dengan sigap, Fatim menyempurnakan posisi kepalanya yang masih disanggah oleh tangannya.
"Fatim," panggil Pak Andri.