Pagi ini, Fatim menyiapkan barang-barang jualannya. Bukannya berlibur, ia malah berjualan. Baginya saat ini, time is money.
Berangkatlah Fatim ke lapak. Sesampainya di sana, ia menjajakan barang jualannya.
Sedana asyik menunggu pelanggan, datanglah Erika seorang diri.
"Jualan lo?" tanya Erika.
"Mau ngapai lagi gue, kalo bukan jualan," sahutnya biasa.
"Besok libur kek," pinta Erika.
"Ngape?" tanya Fatim.
"Jalan."
"Ke mane? Enyak gue pasti ngambek."
"Pagi, Tim. Lo kan jualannya sore?" dalih Erika.
"Gimana besok aja dah," ungkapnya.
"Eh, ada kabar baik, Bego." Erika tersenyum.
Fatim menatap lekat Erika.
"Gue ada gebetan lagi," jujurnya dengan cengengesan.
Fatim melotot, secepat itukah Erika move on?
"Biasa aja kaleeeeee." Erika mengusap wajah Fatim.
"Puih." Fatim meludah kecil. "Abis ngapain sih lo? Kagak cuci tangan ya?" hina Fatim.
Erika mencium telapak tangannya. "Uleeee." Erika langsung muntah.
"Gue lupa, abis makan ama pepes ikan," akunya.
"Ajiiiiiiiiir!" raung Fatim, lalu ia bergeas cuci muka di belakang lapak, sedangkan Erika tertawa.
Di sudut lain.
Abi duduk sambil memandang foto dirinya dan Nesa. Terasa hampa sehingga foto berbingkai bunga itu jatuh ke bawah dan kacanya pecah.
Wajahnya tak menunjukan ekspresi apa-apa, ia mengambil serpihan kaca dan membuang foto itu juga ke tempat sampah yang ada di kamarnya.
Flash back on.
Di hari pertama libur. Abi pergi ke Jepang, tanpa sepengetahuan orang tuanya. Ia ingin sekali menemui Nesa, karena kekasihnya ini sangat sulit dikabari.
Berbekalkan alamat yang mama Nesa berikan, ia memberanikan diri. Sesampainya di rumah kekasinya, Abi tak menemukan sosok imut yang selama ini bertahta di hatinya.
Ia menanyai keberaan Nesa saat ini pada mama Nesa. Mama dari kekasihnya tak begitu yakin Nesa pergi ke mana. Mamanya hanya memberikan nomor telepon teman Nesa saja.
Segera Abi pergi dari rumah Nesa. Ia menelepon nomor itu di kafe yang saat ini ia kunjungi untuk makan.
Setelah lama bertanya-tanya, akhirnya teman Nesa ini memberitahukan posisi Nesa sekarang.
Abi langsung menuju lokasi yang teman Nesa berikan. Dengan hati yang bahagia, wajah yang berbinar, ia sampai di tujuan.
Gedung 2 lantai ini nampak tak begitu banyak penghuni. Namun terdengar suara musik dj yang memecahkan keheningan rumah besar ini.
Abi masuk ke dalam. Didapatnya Nesa dengan duduk yang ngariung bersama teman lelakinya. Di sana juga banyak temen perempuan, tapi lebih banyak teman lelakinya.
Nesa nampak bahagia bersama teman-temannya, tanpa ada rasa hati sama sekali. Menang Nesa ini kurang begitu memperhatikan masalah pacaran. Ia cenderung ingin bebas dari ikatan pacaran.
Abi menatapnya lekat. Kini ia sadar, bahwa selama ini Nesa menginginkan kebebasan bergaul dengan siapapun.
Abi pun pergi dengan perasaan yang kosong.
Flash bakc off.
"Fatim lagi ngapain ya?" batin Abi yang menatap jendela.
Sedang asyik bercanda, datanglah Erik ke lapak Fatim. Erika melihat Erik hanya tersenyum, membuat Fatim heran.
"Bukannya dia pernah nangis pas diputisin Erik?" batin Fatim.
Sebenarnya Erika dan Erik putus secara resmi. Erika sudah mengetahui bahwa dia tidak mencintai dirinya. Erika dengan berbesar hati melepaskannya dan menjadikannya teman.
"Ke mana aja lo?" tanya Erika ceria, membuat Fatim menarik lehernya ke belakang.
Erika melirik Fatim. "Gue udah baikan kok," ungkap Erika.
Fatim hanya bisa mengangguk dan tersenyum dengan paksa.
"Besok lo ada urusan gak?" tanya Erik pada Fatim.
"G-gue-" Fatim menghentikan ucapannya.
"Gak ke mana-mana dia," serobot Erika. Fatim hanya ngengeh aja dengan tingkah Erika yang seperti ini.
"Gue cabut ya, ada urusan." Erika pamit ke keduanya.
Keduanya duduk berhadapan dengan meja menjadi jarak di antara keduanya.
Tangan Erik terangkat untuk menggenggam tangan Fatim yang tergeletak di atas meja.
"Apaan sih lo?" Fatim menepis tangan Erik.
"Gue takut lo pergi," lirih Erik.
"Lebay lo. Pergi ke mane gue?"
Erik hanya tersenyum. Ia mengartikan ucapan Fatim itu, dia tidak akan pergi dari sisinya.
Erik memainkan ponselnya, hingga mengabaikan Fatim yang merasa tak terabaikan sama sekali.
Beberapa menit kemudian, datanglah segerombolan orang memesan martabak. Dua jam kemudian jualannya habis. Lelahnya pun terbayar karena mendapat banyak uang sore ini.
Fatim merapikan lapaknya dibantu oleh Erik.
"Abis ini lo mau ke mana?" tanya Erik usai merapikan lapak.
"Balik," sahut Fatim singkat.
"Jalan yuk," ajak Erik.
Fatim tak menjawabnya. Keduanya langsung pergi ke rumah Fatim.
Sesampainya di rumah, Fatim langsung berpamitan pada enyak, bahwa ia akan pergi bersama Erik.
Erik tak neko-neko. Ia mengaja Fatim ke sebuah pasar malam. Saat masuk ke dalam. Mata Fatim lansung menatap perahu berayun. Ia segera memninta Erik untuk naik bareng bersamanya.
Erik pun mengiyakan.
Usai menaiki kora-kora, keduanya duduk sambil memakan jagung beledug, alias pop corn.
Erik selalu memandang wajah gadis ini. "Kita ke sana yuk," ajak Erik.
Keduanya berjalan melewati tempat permainan lempar bola.
Erik menahan lengan Fatim. "Lo mau yang mana?" tanya Erik.
"Ono noh, panda panda," sahutnya girang.
Erik melemparkan bola satu persatu, hingga bisa meruntuhkan tumpukan kaleng itu dan ia mendapatkan hadiah yakni boneka yang Fatim inginkan.
Terlihat Fatim sangat senang sekali mendapatkan hadiah ini. Ia memeluk erat boneka itu hingga membuat Erik gemes padanya.
Malam semakin larut, Erik mengantar Fatim pulang. Tak lama keduanya sampai di depan rumah Fatim.
"Makasih banyak, udah bikin gue seneng hari ini," ucapnya dengan senyuman.
Erik membalasnya dengan senyuman.
"Gue masuk ya," pamitnya, lalu berbalik badan.
Tangan Erik terangkat untuk menggenggam lengan atas Fatim. Ia membalikan tubuhnya, hingga saling berhadapan.
"Gue suka sama lo," bisik Erik.
Fatim hanya bisa diam dan tak ingin menjawab ucapan lelaki yang berdiri tepat di batang hidungnya.
Erik pun segera berlari usai mengatakan hal itu.
***
Huh, up lagi gais.
Jangan lupa komenin si Fatim nya yah, dan vote.
Makasih loh ya.