47. Keheranan.

9 2 0
                                    



Dengan wajah watados Deniz duduk di kursinya. Fatim yang tak mau kalah ia menarik kursinya saat pantatnya sedikit lagi akan mendarat di kursi.

Brak.

Deniz pun terjatuh.

"Hahahahah!"  Fatim tertawa lebar, hingga mengakak dan mendongak.

"Fatim!" teriak Pak Adi.

Fatim yang sedang hidmat tertawa menjadi diam seketika. Ia merapikan duduknya.

"Jail banget sih kamu!" bentak Pak Adi.

"Gak sengaja, Pak," elak Fatim.

"Udah-udah, kita mulai pelajarannya."

Fatim mengambil tasnya dan mulai mengikuti pelajaran.

Di kelas Fatim mulai merasa bosan. Ia menjungkat-jungkit kursinya, mengetuk-ngetuk bulpen ke meja, joget-joget kepala, sambil manyun, dan merem, bahkan godain Dila yang duduk di sebelah kanannya, dan ada jarak satu meter di antara keduanya.

"Ish, ganggu aja lo!" kesal Dila

"Congor lo tuh, haha," ejek Fatim.

Dila menjadi manyun bukan main.

Tek.

Tek.

Fatim menendang sedikit bangku Syarifah yang ada di depannya.

"Woy-woy," panggilnya pelan.

Syarifah melirik dari bawah. "Apaan, Kampret!?" sergah Syarifah.

"Laper gue," bisik Fatim.

"Makanlah, Tolil," kekeh Syarifah.

"Lo bawa cemilan gak?"

"Et alah, gua mah." Dengan wajah kesal ia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah jajanan doritos rasa jagung bakar.

"Wededeh, mantep nih." Dengan senang hati Fatim menerima ciciria itu.

Kresek.

Fatim membuka ciciria itu. Ciciria itu panggilan untuk makanan ringan (Arab).

Krauk, krauk.

Dengan watadosnya ia makan di dalam kelas, saat pak Adi sedang menerangkan.

"Fatim?" panggil pak Adi yang merasa terganggu olehnya.

"Yap," sahut Fatim cepat.

"Ohok-ohok." Fatim batuk karena kaget.

"Makanya, makan tuh jangan di kelas," sindir si bapak guru.

"Ya elah, Pak, pelit bener," cetus Fatim, tanpa malu.

Pak Adi menghampirinya. Ia berdiri dan menatapnya.

Set.

Jari Pak Adi terbang ke telinga Fatim untuk menjewernya.

"Adadah, sakit Pak, sakit!" raung Fatim.

"Kamu ini, masih aja,"  kesal Pak guru muda ini.

"Masih apa, Pak? Kalo ngomong tuh beresei," timpal Fatim, yang masih menerima jeweran gurunya.

Pak adi semakin mengnmcangkan jewerannya.

"Adeudeuh, adeudeuh, sakit-sakit. Fatim menepuk-nepuk tangan Pak Adi yang menjewernya.

"Udah gak makannya," ancamnya.

"Iye- iye, Pak, udeh," sahutnya pasrah.

Pak adi pun melepaskan jarinya lalu mengambil ciciria Fatim dengam cepat.

Cah Semprul ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang