Abi merasakan ada yang aneh dihatinya, saat menatal mata Fatim yang sayu. Abi segera memalingkan pandangannya dan menelis tangan Fatim.
"Gue bisa sendiri," kata Abi, seraya mengambil kain di tangan Fatim.
Fatim dengan wajah kusamnya, membiarkan Abi mengobati lukanya sendiri.
Namun Abi tak tahu letak lukanya di mana? Ia meraba setiap permukaan kepalanya, namun masih tak mengetahui letak lukanya.
Fatim melihat Abi kesulitan, malah tertawa bukan menolongnya.
"Goblok lo," cetus Fatim yang masih tertawa.
Abi tak memerdulikannya. Fatim yang kesal, mengambil betadin yang ada di ruangan itu, lalu mengoleskan luka yang ada di kepala Abi, kemudian ditutupi hansaplas.
"Kalo lo gak bisa, minta bantuan gue aje," tawar Fatim dengan wajah mengejek.
"Gak perlu," tolaknya acuh.
Malam semakin larut, Fatim mulai merasa ngantuk. Ia mengambil sebuah kain penutup piano dan mengamparkannya di lantai, lalu merebahkan badannya di amparan kain itu.
Abi melihatnya merasa iba. Fatim yang sudah terlelap pun digendongnya, lalu direbahkan di atas sofa.
Saat akan melepaskannya, Fatim malah memeluk Abi. Wajah keduanya pun sangat dekat. Abi melotot karena kaget mendapatkan pelukan dari siswi yang tak ia sukai.
Dengan kasar, Abi melepaskan rangkulan Fatim. Sejenak ia menatap wajah Fatim.
"Ternyata lo imut, kalo lagi tidur," batin Abi dengan senyum sinisnya.
"Aduh, ngomong apa gue barusan? Enggak-enggak, dia tuh cewe sial," geurutunya. Abi pun duduk di sisi lainnya.
Pagi pun datang, terdengar suara dari pintu. Pak penjaga sudah membuka kunci dan tidak membuka pintu.
Abi mendengar suara itu, lalu pergi. Namun sebelum pulang, ia melihat keadaan Fatim. Terlihat Fatim sangat nyenyak. Abi melepaskan jasnya dan menyelimuti Fatim, lalu pergi.
Fatim yang sadar pun terbangun dari tidurnya. Ia melihat jas bertuliskan Abi, lalu mengambilnya.
"Dia udah pergi?" lirihnya. Ia pun pulang ke rumah dan brtniat tak sekolah hari ini. Bagusnya di sekolah tidak ada yang memerdulikan Fatim pulang.
Di rumah, Fatim kena somprot oleh enyak dan babeh. Fatim minta maaf dengan sungguh- sungguh dan menceritakan kejadian kemarin. Dengan mudah enyak dan babeh memaafkannya.
Fatim masuk ke kamar, setelah menyuci seragamnya, lalu tidur di kasur kecil miliknya.
Sore pun tiba, Fatim bangun untuk sholat ashar. Usai solat, ia menyetrika seragamnya yang telah kering. Ia melihat jas Abi dengan senyuman yang terpancar indah di bibirnya,
Dengan sangat lembut, ia menyetrika jas itu. Setelahnya, ia bergegas untuk berjualan.
Abi juga tidak sekolah hari ini. Ia beralasan sakit pada mama dan papanya. Abi berdiam di kamar dan sedikit pikirannya terganggu oleh sosok Fatim yang menyebalkan baginya .
Abi duduk di balkonnya, menatap langit yang cahayanya mulai menggelap.
Fatim menempelkan kain basah itu ke pelipis Abi dengan tatapan khawatirnya pada Abi.
Abi yang awalnya tak sudi menatap Fatim, kini menatapnya. Mata keduanya bertemu dengan jarak wajah yang sangat dekat.
"Ah, sial!" teriak Abi, yang tak sengaja menghadirkan Fatim di lamunannya.
Ting. pesan masuk di ponsel Abi.
My Sena
Sayang maafin aku yaMaaf kenapa?
Read