Usai mencuci muka, ia masuk kembali ke kelas dengan wajah segarnya. Saat berjalan ke kursi, ia melihat tulisan Pak Jabal di papan tulis.
"E-bentar-bentar, Bapak ngasih PR?" tanya Fatim, di depan kelas.
"Iya."
"Lo tidur sih," cetus Dila.
"Ya elah, sejak kapan sih, gue fokus ame pelajaran," ucap Fatim, seakan membanggakan dirinya.
"Emang lo males."
"Sejak kapan gue rajin?" timpalnya.
"Eh, gimana tadi Pak Jabal neranginnya?" tanya Yogi, pada Fatim.
"Bikin gue ngantuk," sahut Fatim.
"Terus, siapa guru yang bikin lo gila?"
"Pak Andri."
"Ngapa?"
"Bikin gue ngantuk juga." Fatim melangkah ke kursinya.
Tanpa ia sadari, bahwa sedari tadi Pak Andri sudah ada di kelas.
"Eh, mau ke mana kamu?" Pak Andri mencubit kerah belakang Fatim seperti kucing.
Fatim berdiri kaku, wajahnya berekspresi kaget.
"Mampus gue," gumamnya dalam hati.
"Berdiri kamu di situ." Pak Andri mendirikan Fatim di depan kelas, tepat di samping papan tulis.
"Ya udah, jangan hiraukan si Madesu," kata Pak Andri, yang kini sudah duduk.
"Madesu apaan, Pak?" tanya Fatim tanpa dosa.
"Masa depan suram," sahut Pak Andri dingin.
Ngeuk!
Hati Fatim langsung sesak. Ia merasa sedih pada dirinya yang dicap madesu. Ia pasrah akan keadaan dirinya saat ini.
Pelajaran dimulai dan Fatim menjalani hukumannya.
Ring ring ring.
Bel berbunyi, hukuman Fatim usai, Pak Andri keluar, melintas di depan Fatim dengan wajah tak perdulinya. Fatim menatap wajah Pak Andri yang terlihat sangar.
Fatim duduk di kursinya karena lelah. Sejenak ia memikirkan kata 'madesu'
"Apa? Dia ngatain gue madesu," gerutunya.
Ia menjadi kesal karena ucapan itu. Ia duduk di meja dan mengangkat kakinya sebelah, ala preman. Bajunya pun ia keluarkan.
"Fat!" panggil Erika dari depan pintu.
Fatim menengok ke belakang, yakni ke arah pintu.
"Ape?!" bentaknya, karena ia masih dalam keadaan kesal.
"Ada berita penting, Nyet." Erika berjalan ke arah Fatim.
"Emh," sahut Fatim jutek dengan mulut masih manyun.
"Si Muslih nembak gue."
"Seriusan lo?"
Usut punya usut, Erika menyukai Muslih sejak kelas 10 SMA.
"Terus-terus?"
"Terus-terus, kang parkir lo," sergah Erika.
"Seriusan, kampret, ah."
"Ya gue terimalah."
"Goblooooook," raung Fatim, seraya mendongak.
"Bagus deh. Lu jadi gak jomblo lagi," sambungnya.