60. Abi Datang.

12 0 0
                                    







Darah mengucur dari kepalanya. Sudiut bibir juga meneteskan darah. Biru lebam terlihat jelas di pipinya. Ia tergeletak di lorong sempit itu.

"Woy!" teriak seseorang. Berlari menghampiri mereka.

Matanya menangkap Fatim yang tergeletak. "Kalian apa-apaan sih?" tanyanya dengan mata yang menyala.

"Ri, dia jahat tau. Dia nendang aku," manja Sipit, dengan mengaitkan tangan ke lengan Rian.

Rian tak suka dengan Sipit yang selalu mengganggunya. Menepiskan lengannya, menggendong Fatim, untuk ia bawa ke UKS kampus. Meninggalkan mahasiswi yang gak ada akhlak.

Keempat mahasiswi itu semakin benci padanya. Pasalnya ketua gengnya---Sipit, meyukai Rian, yang notabene-nya cakep banget, menurutnya.

Fatim segera direbahkan di bed UKS. Suster penjaga segera mengobati luka-lukanya.

Tangan Rian menggenggang jemari Fatim. "Kenapa lo kuliah di sini?" batinnya.

Tak lama Fatim siuman.

Rian segera memberikannya teh hangat, yang suster buatkan untuknya.

Fatim masih dengan wajah jijinya, mengambil gelas itu, lalu meminumnya sedikit. Menyimpan gelas itu, lalu berlari dari ruangan ini tanpa kata.

Rian masih merasa bersalah akan kejadian waktu pelulusan itu. Seharusnya dia tak melakukan itu untuk mendapatkan Fatim seutuhnya. Caranya menggunakan cara yang salah.

2.00 pm.

Fatim pulang dengan sepedanya. Siang ini matahari masih terasa terik. Ia seharusnya tak mengendarai sepeda. Besok-besok, ia bertekad untuk tak mengendarai sepeda ke kampus.

Sesampainya di rumah, ia melihat enyak, dengan TV yang lagi-lagi menyala.

"Nyak?" panggilnya, sambil berjalan mendekat.

Enyak terlihat melamun. Pandangannya memang ke TV, tapi pikirannya di tempat lain.

Fatim duduk di sampingnya. "Ngape, Nyak?" tanyanya pelan, menatap enyak.

"Tim, lo seriusan mau nerusin kuliah?" tanyanya, menatap wajah Fatim.

Matanya membulat, melihat wajah anaknya lebam. "Lo ngape, pada biru-biru begitu?" tanya enyak, mengangkat dagu Fatim.

"Kagek ngape-ngape, Nyak." Ia menunduk.

"Tim, mending lo gak usah terusin kuliahnye. Enyak kagek punya duit," akunya.

"Ta---"

"Kagek ade tapi-tapi. Gue kagek bisa nguliahin elo," potongnya, lalu berjalan meninggalkan gadisnya yang masih menunduk.

Fatim mendongak, menatap punggung enyak yang mulai menjauh, lalu lenyak ditelan pintu kamar.

Fatim pun berjalan gontai menuju kamarnya, menyimpan perlengkapan kuliahnya, lalu berjalan ke dapur. Ia membuka tutup saji. Terdapat makanan 4 sehat, 5 kenyang. Hanya ada tempe goreng, dan sayur bayam.

Ia menghela napas, membuangnya lelah, memiringkan kepala ke kanan. Wajahnya sangat layu, dengan badan yang kekurangan gizi.

Ia kembali menutup tudung saji, sangat tak napsu makan. Ia menyiapkan perlengkapan dagangnya. Keranjang ia teng-teng, lalu menggoes menuju lapak yang sejak kecil sudah berdiri.

Seselai dengan perlengkapannya, ia membuka buku kuliahnya, mengulang pelajaran yang dosen berikan.

Ia menunduk membaca buku. Namun sialan, bayangan bangun tidur itu kembali terlintas dalam benaknya.

Cah Semprul ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang