"NESA!" teriak Abi. Ia terbangun dari mimpinya dengan napas yang berat.
"Maksud lo apa, Nes?" lirihnya parau.
Ia pun pergi ke toilet guna menyegarkan wajahnya yang telah tidur.
"Kenapa gue keinget dia terus?" gerutu Abi di depan cermin. Usai itu dia ke luar. Ingin rasanya ia menemui Fatim, namun ia malas, karena jika bertemu dengannya, pasti berantem.
Ia pun memutuskan untuk pergi perpustakaan dan berdiam di sana sejenak.
Kerrrrr!
Kerrrr!
Terdengar kerek alis dengkuran dari seseorang.
Abi penasaran akan suara itu, siapa yang kerek di siang bolong seperti ini. Saat sudah sampai di sumber suara, ia kaget melihat Fatim yang terlentang dengan tangan kanan di atas kepala, mulut yang terbuka dengan suara kereknya. Sedangakan Erika tidur dengan anggun, walaupun sikapnya tak jauh beda dengan Fatim.
Abi pun tersenyum jahat sepertinya, ia memiliki ide untuk menjaili Fatim.
Abi mengambil segelas air yang disiapkan sekolah di dalam setiap ruangan. Abi menuangkan air ke mulut Fatim dengan perlahan, hingga terdengar suara seperti air yang mendidih, namun lebih seram.
Grerrrrrrrr!
Grerrrrrrr!
Abi tertawa lepas, hingga Fatim dan Erika terbangun. Fatim menelan air yang Abi tuang ke mulutnya dengan otomatis, lalu mengucek kedua matanya sambil nyiplak.
Dengan wajah polos Fatim menatap Abi yang jongkok di sampingnya.
"Ngapain lo, mau tidur juga?" tanya Fatim sambil mengambil plastik cup di tangan Abi, lalu meminumnya.
Abi hanya melongo melihat Fatim yang jorok seperti ini. Abi menoyor kepalanya, hingga terjengkang ke belakang.
"Ish, jorok bangt sih lo. Gak ngerti gue, kenapa suka sama cewe jorok kaya lo." bi berdiri dan duduk di kursi yang masih bisa melihatnya.
"Laaaah, lo ngape?" tanya Fatim heran.
"Cuci muka dulu sono, jiji gue," titah Abi.
"Ka, die ngape sih?" tanyanya pada Erika yang tidak tahu menahu.
"Udah ah, cuci muka aje," kata Erika. Keduanya pergi ke toilet guna membasuh mukanya.
"Eh, lo denger yang si Abi bilang, gak?" tanya Erika.
"Emang dia ngomong apa? Fatim tak tahu, lebih tepatnya dia tidak mendengarkan Abi, karena masih terngiang-ngiang mimpi.
"Si Abi bilang, kalo dia suka sama lo."
"Berak lo," cetus Fatim.
"Gue serius, Anjir."
"Bodo amat ah, puyeng pale gue." Fatim membasuh wajahnya lagi. Usai itu keduanya pergi ke kantin untuk mengisi perutnya, usai berpetualang di negeri mimpi.
"Dia ke mana sih, lama banget. Kok gak ke sini lagi," gerutu Abi sambil celingak-celinguk.
Seketika Abi melihat Fatim di pikirannya. Terlihat Fatim tengah mengenakan sepatu hitam yang pemberian Abi.
Abi tersenyum melihat itu. Ternyata Fatim langsung memakai sepatu itu, membuat Abi merasa dihargai.
"Loh, kenapa gue jadi mikirin si Curut?" gumam Abi, ia heran pada dirinya sendiri yang selalu menangkap Fatim dalam pikirannya.
Abi pun pergi ke kantin untuk membeli beberapa makanan lalu berniat pergi ke klub musik.
Saat membeli makanan, Abi melihat Fatim tengah bercanda dengan Erika sambil makan. Semakin menambah kesan lucu di diri Fatim pada setiap mata yang melihat dan menyukainya.