Pagi ini, Fatim berangkat sekolah lebih pagi, agar tidak ada hukuman lagi pada dirinya. Masuklah ia ke kelas yang masih kosong. Fatim membersihkan kelasnya, karena hari ini adalah jadwal piketnya.
Satu persatu murid mulai memasuki kelas.
"Wededeh, tumben lo pagi?" sapa Yogi.
"Udah cape diejek kali dia?" timpal Alam.
"Lo sehat?" tanya Manap.
"Fat, tumben banget lo?"
"Kayanya setan di diri lo, mulai betah," timpal Dila.
"Bukan betah, tapi setannya kepaksa buat netep di badan," decit Syarifah.
"Terus aja ejek gue, terus, terus!" sergah Fatim.
"Ya elah, canda, Tim," bela Windi.
"Lo pikir gue tim apa? Tim ayam?" cetus Fatim.
"Tim sumsum," timpal Dian, yang diam sedari tadi.
Sontak semuanya melirik ke arah Dian si kutu buku.
"Dih, nimbrung aje lo. Baca aja buku, ampe mata lo keluar," ejek Fatim.
"Kayanya lo baperan deh?" tebak Yogi.
Fatim diam, karena ia memang mulai merasa baper akan situasi ini.
Kelas pun dimulai. Namun guru bukannya belajar, malah mengumumkan acara kenaikan kelas. Faium yang mendambakan tak belajar pun bahagia bukan main.
Ujian kenaikan kelas akan diadakan minggu depan, makanya mulai hari ini Fatiim belajar lebih giat, agar setiap murid yang mengejeknya tidak meremehkannya lagi.
Waktu istirahat, Fatim pergi ke perpustakaan. Kini ia tidak tidur, melaikan membaca buku dengan serius. Dian yang melihat Fatim serius membaca buku, menghampirinya.
"Baca ini juga." Dian menaruh buku dibatas tumpukan buku Fatim, yang sudah ia kumpulkan untuk dibaca.
Fatim meirik ke suara itu."Tumben, ngomong?" tanya Fatim. "Biasanya lo gagu?" sambunganya.
"Sialan lo." Dian mencolek bahu Fatim.
"Dih, udah berani lo nyolek gue," ejek Fatim.
Dian tak memperdulikan celotahan Fatim. Ia meneruskan membaca buku di samping Fatim.
Tak lama, Abi juga datang ke perpustakaan, untuk mempersiapkan ujian terakhirnya di sekolah SMA ini.
Buku demi buku, ia tumpukan di lengannya. Dirasa bukunya sudah banyak, Abi duduk di meja yang sama dengan Fatim.
Tak sengaja Abi melihat ke arah Fatim, saat ia meletakan bukunya. Tak ada reaksi apapun dari Fatim, membuat Abi sedikit terusik hatinya.
"Tumben, gak komen dia?" batin Abi. Ia pun mulai membaca bukunya.
Ring ring ring.
Bel berbunyi. Seisi perpustakaan berhamburan ke luar, menuju kelas masing-masing. Fatim berlari, karena ada sesuatu yang harus ia kerjakan dan ia baru ingat.
Brak!
Fatim tak sengaja menabrak Abi dari belakang. Abi yang refleks menahan badannya agar tidak jatuh, dengan tangan yang menahannya di tembok. Dari belakang, Fatim memeluk Abi.
Fatim terdiam, dia pikir dia sudah jatuh, namun dia masih merasa menapakan kaki di lantai. Fatim kaget, lalu melepaskan pelukannya, dan berdiri tegak.
Abi dengan wajah sangarnya, berbalik badan, melihat Fatim yang menunduk malu.
"Kalo jalan lake mata," katanya.