31. Dua Kali Dicampakan.

7 2 0
                                    


Lewatlah teman Fatim, yang satu kampung dengannya.

"Woy, berenti lo!" panggil Fatim, dan dia pun berhenti.

"Ngape?" tanyanya acuh.

"Minjem motor lo."

"Gue ada urusan," tolaknya.

"Ya elah. Gue sewa deh cepe," tawar Fatim.

"Murah amat?"

"200 dah ye, udeh ye?"

"Ok deal, kapan lo bayar?"

"Ya Illah, make aja belom gue, udah ditragih aje?" gerutu Fatim.

"Ya, kan gue bisa ngengetin, kalo lo kena amsemenia," elaknya.

"Anemia, Monyeng," timpal Fatim.

"Amnesia, yang bener," sahut Abi, yang berdiri di belakang gadis tengil ini.

"Ah, iya, itu. Ya udeh, nih." Pria itu turun dari motornya.

Fatim segera menaiki motor itu, diikuti oleh Abi yang duduk di jok belakang.

Setelah beberapa kilo meter kemudian.

"Eh, Nyet. Ngape gue yang bawa motor?" tanya Fatim yang sudah sadar.

"Ya udah, nanggung. Kebut lagi, kebut," titah Abi.

Sedikit otak jailnya muncul. Fatim menaikan kecepatannya, hingga Abi harus berpegangan padanya.

"Pelan-pelan woy!" teriak Abi, di samping telinga Fatim.

"Kate lo, kebut tadi?"

"Jangan gini juga, Bege."

"Bodo amat, stres gue." Fatim menaikan kecepatannya lagi, semakin eratlah pelukan Abi padanya.

Sampailah keduanya di bandara. Abi langsung berlari mencari Nesa, dan meninggalkan Fatim.

Setelah lama memcari, akhirnya Abi menemukan Nesa yang akan masuk ke pesawat.

"Nesa!"

Nesa berbalik badan.

Abi langsung memeluk Nesa. "Cepet banget, sih?" rengek Abi.

"Sayang, aku kan harus sekolah," bisik Nesa.

"Kamu hati-hati ya?" pesan Abi.

Nesa tersenyum, seraya mengangguk kecil, lalu mengecup kening Abi, kemudian masuk.

Abi menatap kepergiannya, hingga hilang ditelan pintu pesawat.

Ia melamuni kepergian Nesa.

Fatim.

Pikirannya teringat Fatim. Abi langsung berlari ke parkiran. Ia mendapatinya tengah duduk termangu kaya orang dongo,  di atas motor.

"Lo gak pergi?" tanya Abi, sudah di depannya.

"Nungguin elo, Bonge," sahutnya.

"Lo gak marah?"

"lah, gak ada urusannye gue," akunya.

"Gue ninggalin lo gitu aja, lo gal marah?" tanya Abi lagi.

"Ya elah, santai aja kali. Gimane, lo ketemu die?"

Abi mengangguk.

"Die beneran pergi?"

Abi mengangguk lagi, dan kali ini ia terlihat parau.

"Ya udah, abis ini lo mau ke mane?" tanya Fatim.

"Au, pusing gue."

"Ah, yuk naik," ajak Fatim.

Cah Semprul ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang