"Ngetik sekarang, kalau tidak saya hukum," ancam Pak Heru.
"Ya udeh, dihukum aje," sahut Fatim pasrah.
"Ey, bege lu," bisik Winda, yang duduk di sebelahnya.
"Dari pada ngetik, pusing gue." Fatim balas membisik.
"Cepet kerjain." Pak Heru meluruskan duduk Fatim, yang sedikit miring pada Winda.
"I-iya," sahut Fatim gugup.
Fatim masuk kembali ke word-nya dan mulai mengetik.
***
"Huh, sial banget gue hari ini," gerutu Fatim, yang duduk di depan perpustakaan.
"Bukannya makan, malah ngelamun lo?" kata seseorang di belakangnya.
Fatim menoleh ke belakang. "Eh elo, Nyet," cetus Fatim.
"Ups sorry, maksud gue, San. Huhu," sambung Fatim, malu karena salah ucap.
"Nyet? Maksud lo? Monyet?" tanya Ihsan.
"Bu-bukan," elak Fatim.
"Terus?"
"Ah, udah lupakan," ucap Fatim, yang kembali membelakangi Ihsan.
"Nanti malem dateng ya," pinta Ihsan, yang kini duduk di sebelahnya.
"Dateng ke mane?" tanya Fatim.
"Ke sekolah."
"Ngapain malem-malem ke sekolah?"
Ihsan memejamkan matanya, karena mulai kesal dengan Fatim yang lemot.
"Rapat osis," sahut Ihsan pelan, agar Fatim paham.
"Oh, gue gak bisa."
"Kenapa?"
"Harus jualan gue."
"Jualan?"
"Iye, babeh gue sakit. Jadi gue harus gantiin."
"Emp, gitu. Yaudah, gue ke kelas ya," pamit Ihsan, lalu pergi.
Fatim kembali melihat ke seluruh sudut sekolah, hingga ia menangkap sebuah ruangan yang tak lain adalah ruang klub musik.
"Emp, ide cemerlang," batin Fatim.
Fatim melangkah ke arah klub musik. Sesampainya di dalam, ia mengambil stik dan mulai memukul dram dengan random.
Jujur, Fatim ini tidak ahli dalam alat musik. Jadi, ia saat ini seperti orang gila, yang memukul dram dengan gaya rokernya yang absurd.
Dang dang!
Dung dung!
Crang crang!
Saking kerasnya ketukan dram yang dibunyikan oleh Fatim, membuat sekolah menjadi gaduh.
Anak klub musik penasaran, siapa yang main dram di jam istirahat. Firman sebagai ketua klub musik datang ke ruangan musik.
Ceklek!
Firman masuk dan melihat Fatim memukul dram sambil loncat-loncat.
"Fatim, gila lo ya!" teriak Firman.
Fatim pun berhenti. Ia terdiam karena malu.
"Lo kalo mau main dram, yang bener. Gak usah gitu juga, Bego," sambungnya.
"Emang ngape. Gue kagek boleh maen dram?" tanya Fatim polos.
"Lo kan gak ngerti musik?"
"Gue ngerti," akunya, tak mau diremehkan.