Di waktu istirahat.Terlihat di lapangan basket, Dila menangis di hadapan Deniz.
"Lo jahat, lo jahat," raung Dila yang menangis tertunduk.
"Eh, maksud lo apa?" tanya Fatim dari depan pintu basket. Ia berjalan mendekati Dila.
"Oh, jadi si murid baru ini, yang bikin lo marah-marah," debat Fatim dengan nada tegas.
Bep.
Fatim menonjok hidung Deniz hingga berdarah.
Bruk.
Deniz terpental dan jatuh ke lapangan.
"Lo gak usah ikut campur," lirih Deniz, seraya berdiri.
"Fatim," panggil Dila dengan isakan.
"Udeh, gue udeh hajar dia, kok." Fatim memeluk Dila. Sedang Deniz berlalu dari tempat ini.
Flash back on.
"Please, bilangin ke temen lo, biar dia tanggung jawab," pinta Dila dengan mata merahnya.
"Lo aja ngomong sama dia," acuhnya.
"Gue udah ngomong, tapi dia gak mau nemuin gue."
"Itu bukan urusan gue."
"Deniz, dia itu temen lo. Pas di acara itu, lo ada kan?" skak Dila.
"Gue gak mau ikut campur."
"Den, bujuk dia geh," harap Dila.
"Lo nya aja murahan," cetus Deniz tanpa hati.
Plak!
Dila menampar Deniz.
"Lo jahat. Lo jahat," teriak Dila.
Flash Back off.
Fatim tak tau awal permasalahannya apa, yang pasti, ia menyalahkan Deniz atas semua ini.
Duduklah Dila dan Fatim di kelas. Sudah ada Deniz di kelas yang sedang membersihkan darah yang menetes di hidungnya.
Dila menatap Deniz penuh amarah. Mata Fatim juga melihat ekspresi wajah Dila yang geram. Sebagai teman yang baik, Fatim berjalan mendekati Deniz lagi.
Bep!
Kali keduanya Fatim menonjok Deniz. Keluarlah darah lagi dari hidungnya. Bukannya membaik malah tambah parna.
*parna itu 'parah' dalam bahasa sunda*
"Argh, sialan lo. Bukan gue yang hamilin dia!" teriak Deniz jengah.
Sontak Fatim terdiam begitupun dengan Dila.
Di jalan menuju kelas tadi, Dila menceritakan semuanya pada Fatim tentang kandungannya yang sudah berjalan 1 bulan lebih.
"Alah, bangus lo!" bentak Fatim tak mau kalah.
"Lo tuh cuma cewe miskin, bodoh, gak tau apa-apa. Orang tua lo juga bakalan malu sama sikap lo yang brutal," sergah Deniz.
Perkataan Deniz membuat Fatim seketika melemah, ia tersungkur lemah ke lantai.
"Ini masalah gue, bukan enyak gue. Kenape lo bawa-bawa enyak gue?" lirihnya parau.
"Bodo amat, f*ck!" teriak Deniz lalu meninggalkan keduanya di dalam kelas.
Dila menghampiri Fatim yang sedang pilu di lantai.
"Fatim, sorry ya, gegara gue lo kena semprot si Kutu Kupret." Dila menenangkan Fatim.
"Lo baik kok, lo juga pinter," sambung Dila.