Sore ini terasa sangat berdeda dari sebelumnya. Kamar bernuansa putih ini sangat asing di matanya. Pintu yang rapi tanpa sedikit goresan pulen juga terasa asing.
Matanya beralih ke Vidi yang tengah tidur nyaman di sampingnya. Dalam duduknya, ia memikirkan, betapa pedihnya hidup ini.
Apa yang harus ia lakukan setelah ini?
Usai kejadian tadi pagi, Fatim benar-benar diusir oleh enyak dan tak boleh kembali. Ia meminta enyak untuk mendengarkan penjelasannya. Namun sudah kepalang emosi, enyak tak mendengarkannya.
Fatim, Abi, dan Vidi langsung pergi dari kediaman enyak. Semua barang ketiganya dibawa.
Di dalam mobil, Abi dan Fatim bertengkar hebat. Fatim menyalahkan Abi atas semua ini, karena kegilaannya terhadapnya, ia jadi diusir oleh ibu kandungnya sendiri, bahkan enyak benci terhadapnya.
Abi menenangkan Fatim dengan memeluknya. Namun Fatim menepisnya, itu tak menenangkan sama sekali, malah membuatnya semakin naik pitam.
Sedikit percekcokan terhenti, saat mendengar tangisan dari Vidifa. Fatim langsung menggoyangkan tubuh sebagai ayunan, dengan susu yang sudah disiapkan sebelumnya.
Abi memiliki apartement yang jarang ditempatinya. Ia pun meminta Fatim untuk tinggal di sana.
Tentu Fatim tak bisa menolak, mengingat ia harus tidur di mana. Kan dia belum ada uang?
Kini Fatim berada di apartement Abi. Hanya ada Vidi dan Fatim di sini. Sedang Abi pergi kuliah.
Fatim berjalan ke dapur, memeriksa apa yang bisa dimakan, perutnya sudah kukuruwukan sejak ia bangun.
*Kukuruwukan=perutnya bersuara*
Di dapur.
Di dalam kulkas, tak ada makanan, hanya ada air putih saja. Ia pun mengambil, lalu meneguknya.
Berjalan ke lemari-lemari yang bagaikan spiderman, bisa menempel di dinding. Ia membuka satu persatu.
Di lemari ke-4, ia menemukan beberapa mie instans. Matanya berbinar sangat bahagia. Ia pun segera memanaskan air di atas kompor.
Ia memasak dua mie sekaligus, mengingat sejak pergi dari rumah enyak, ia belum makan.
Usai makan, ia merapikan bekas makannya. Ia merasa sedikit aneh dengan apartement ini. Kenapa di dalam sangat bersih dan wangi, bukannya dia jarang di sini?
Ia menepis keheranannya itu. Memang wajar sih, kan Abi di rumahnya terus. Mungkin saja dia menyewa orang untuk membersihkan apartement.
Fatim mengerjakan tugas kuliahnya yang sudah menggunung bagai gunung Semeru.
Terlihat Vidi terbangun dari tidurnya. Ia tak menangis, melainkan langsung rutun dari kasur dan menghampiri Fatim yang tengah menulis, dan duduk di kursi.
***
Malam sudah larut, dan Abi belum juga pulang, padahal ia sudah kelaparan lagi. Vidi pun segera ia tidurkan, walau hanya dengan susu, ia bisa tertidur pulas.
9.00 pm.
Abi masih belum pulang juga. Perutnya terasa digoncang. Rasanya aneh, tadi lapar, dan sekarang jadi mules.
Ia pun segera berlari ke kamar mandi. Mungkin saja ingin buang hajat.
Setelah jongkok di atas kloset duduk, ngaburusutlah sesuatu dari lobang tokenya, alias anusnya.
"Anjiiiir, mules beut gueee!" raungnya, menahan perut yang buburukbukan.
10.00 pm.
Fatim masih bergelut dengan rasa di perutnya. Sedang ngaheujeun dengan kuat, tiba-tiba lampu mendadak mati.