Sesampainya dirumah Fatim mengompres luka tonjokan dari Muslih dengan es batu, tanpa enyak ketahui, karena jika enyak tahu, yang ada ia akan ditambah pukulan oleh enyaknya yang galak.
Fatim mulai berjualan martabak lagi. Kini ia menggantikan babeh yang sudah sering sakit-sakitan. Karena sudah terbiasa berjualan, ia pun sudah tak mengeluh lagi saat jualan.
Pelanggan silih berganti, berdatangan untuk membeli jualannya.
Malam sudah mulai menyelimuti separuh bumi. Ia kembali dilanda kebosanan tingkat raja, sudah bukan dewa lagi sekarang.
Fatim mengambil headphone-nya, menyalakan musik rock dengan volume full. Saat mulai diputar, Fatim sudah headbang padahal baru intro.
Saking enaknya headbang, ia tak sadar bahwa ada pelanggan yang datang.
"Mba?"
"Mba?"
"Mba!" teriak pelanggan, namun masih tak terdengar oleh Fatim. Ia malah scream, mengikuti alur lagu yang ia dengar.
Pelanggan yang kesal, mengambil air, lalu menyipratkannya ke wajah Fatim.
"Aduh, ujan-ujan," ucap Fatim, sambil mengambil penutup gerobak. Saat akan menutup gerobak, ia melihat seorang pria, berdiri di dalam lapaknya. Ia pun membuka headphone-nya.
"Eh, Bang, mau beli?" tanya Fatim, tercengir karena ia malu.
Pelanggan itu cemberut, lalu duduk. "Martabak telornya satu, cepet," ucapnya jutek.
Dengan sigap, Fatim membuatkan pesanan.
Beberpa menit kemudian, pesanan siap berikan pada pelanggan.
"Lo kalo mau headbang, jangan di sini. Di konser metal sono. Sekalian aja tonjokin orang," ujar pria itu.
"Emang boleh, nonjokon orang?" tanya Fatim polos.
Si pria mengangguk.
"Kalo gitu, gue mau dong." Wajah Fatim sangat senang dan penuh semangat.
"Mati, mati lo," sambung si pria.
"Gue lagi pengen nonjok orang nih," ucap Fatim jujur.
"Tonjok aja tembok," ucap pria itu, lalu pergi.
Saat pria itu sudah pergi, ia merenung. "Ada baiknya juga sih gue ikut, di konser metal," batinnya. Ia langsung menutup lapaknya, lalu pulang ke rumah, karena waktu sudah malam juga.
Sesampainya di rumah, ia membuka sosial medianya. Dilihatnya ada beberapa postingan orang yang sedang berada di sebuah acara.
Fatim melihat dengan sangat teliti. Di mana lokasi tersebut? Usai memperhatikan dengan jelas, ia pun mengganti pakaiannya dengan kaos hitam, bergambar menyeramkan dan celana jeans.
Ia pergi dengan sepedanya ke lokasi tersebut. Rupanya lokasi acara itu tidak jauh dari sekolahnya. Ia mulai berjalan ke tengah-tengah kerumunan.
Acara belum dimulai, orang-orang sudah memenuhi lapangan. Ia berdiri di tengah, dan menatap panggung yang sepertinya ini acara metal, begitu pikirnya.
Setelah usai sambutan, beberapa orang naik ke panggung, dengan gaya metalnya. Ternyata benar dugaannya, bahwa ini acara metal.
Musik dimulai, semua orang mulai joged tak beraturan. Ada yang loncat-loncat, tangannya berhamburan ke sana ke mari, kepalanya headbang, bahkan sesekali ada yang tertonjok. Namun yang ketonjok itu diam.