Fatim berjalan gontai ke halte bus. Ia harus segera pulang ke rumah. Sangat lelah terasa, hingga saat di dalam bus, ia terlelap ke dalam tidurnya.
Bus berhenti di pangkalan, dengan Fatim yang terlelap di dalamnya. Sang supir tak menyadari bahwa ada seorang gadis tertelap.
6.00 am.
"Blok M, Blok M, Blok M!" teriak kenek.
Berkali-kali ia berteiak, dan mampu membangunkan Fatim yang dalam mimpinya tengah mengadakan acara resepsi pernikahan.
"Aaaaaah, apaan sih, berisik banget, anjeng!" umpatnya, dengan mata yang masih tertutu.
Ia duduk, perlahan membuka matanya. Mata yang masih sipit itu, tiba-tiba terbelalak. "Buset, di mane gue?" kagetnya, dan segera berdiri.
Berlari ke luar. "Bang, di mane nih?" tanyanya takut.
"Lah, ini di pangkalan. Kok lo di dalem?" tanya kenek heran.
"Ya ampun." Fatim berlari mencari kang ojek. Tanpa menjawab pertanyaan kenek, dan penampilannya yang sungguh berantakan.
Sesampainya ia di rumah. Segera berlari ke kamar mandi, untuk membersihkan dirinya. Di kamar, ia mengoleskan obat lebam di hampir seluruh tubuhnya.
"Salah nih gue masuk kampus. Bener kate babeh, sebaiknya gue kagek kuliah," cicitnya sorang diri.
Rambut hitam lurus terurai rapi, kemeja kotak-kotak oversize, celana jeans biru pudar, dengan sendal lagennya, kembali menempel di tubuhnya.
Pagi ini ia tak melihat enyak. Segera ia masuk ke kamar enyak.
"Nyak?" panggilnya pelan.
Enyak tak menjawab. Ia pun mendekat. Napasnya melega, saat melihat enyak terlelap.
"Nyak, aye berangkat ke kampus ye," pamitnya.
Perlahan enyak membuka matanya. "Bae-bae ye. Lo udeh nyarap?" tanya enyak, sambil membalikan badannya ke hadapan Fatim.
Fatim memejamkan mata, sambil mengangguk samar. Menyalami tangan enyak, lalu pergi. Ia mengendarai ninja ke kampusnya.
Jarak dari rumahnya ke kampus lumayan jauh, makanya ia berangkat sangat pagi sekali.
Seiring bergoesnya sepeda, ia sampai di parkiran kendaraan. Turunlah ia, lalu berjalan menuju gedung kampusnya.
Banyak pasang mata yang menatapnya kasihan, takut, ngeri-ngeri manja, dan tak suka. Mengingat kejadian ospek yang telah berlalu.
Masuklah ia ke jurusannya. Ia mengambil jurusan pendidikan. Duduk di bangku paling belakang. Di kampus ia belum memiliki teman. Erika tak satu kampus dengannya, bahkan teman tongkrongannya pun belum menunjukan bebenguknya. Padahal satu kampus.
Kelas di mulai, dengan kepala Fatim yang keleyengan. Namun ia tetap memperhatikan dosen yang tengah ngoceh.
Waktu istirahat tiba. Fatim segera menutup bukunya, berlari menuju toilet. Ia muntah sesampainya di dalam. Urat lehernya terlihat tegang.
Usai membersihkan mulutnya, ia menatap wajahnya yang pucat dalam cermin. "Baru aja masuk, udah begini," bisiknya sorang diri.
Ia ke luar, berjalan menuju kantin. Mungkin ia masuk angin, karena belum makan sejak kemarin. Di kantin Ia duduk sorang diri. Lagi-lagi ia diabaikan oleh semua mahkluk yang memenuhi kantin.
Sepasang mata memperhatikan Fatim dari kejauhan.
Tak lama, beberapa mahasiswa menghampirinya.
"Woy, ke mana aja lo. Baru keliatan?" sapa teman tongkrongannya.