49. Guru Baru Kesal.

11 2 0
                                    







"Fatiiiiim! Bangun kagek lo!" teriak enyak dari depan pintu.

Di tangannya sudah terdapat rotan yang siap mengelus pantat gadisnya.

"Fatim, sekolah kagek lo?" Enyak berjalan mendekat padanya.

Walaupun suara enyaknya sudah kaya toa masjid,  tapi tetap Fatim tidak bangun.

Bak.

Bak.

Bak.

"Emh, mamam lo." Enyak memukul pantat sang anak dengan rotan tersebut.

"Aw-aw. Nyak, sakit, ah!"  bentak Fatim yang menahan hentakan rotan itu.

"Bangun kagek lo. Jam berapa ini?" geram enyak.

"Iye, Nyak, aye bangun." Fatim duduk dengan mata yang sayu.

"Awas lo kagek bangun, gue gampar lagi lo." Enyak berlalu dari kamar si gadis.

"Oh my gosh!" teriak Fatim. Ia berangjak dari kasur untuk mandi.

"Aaaaaaaah." Siraman air yang dingin membutanya berteriak.

"Heu, heu, heu." Ia menggigil dengan menyelimutkan handuk di kepalanya.

"Nyak, aye mau ikut kemping di sekolah," katanya, setelah keluar kamar.

"Kempang-kemping, kempang-kemping, jualan!" tolak enyak.

"Ngape sih, Nyak, ngegas mulu dah, masih pagi jugaan?" pundungnya.

"Kemping kan harus nginep," kata enyak.

"Iye, Nyak. Kan cuma seminggu doang. Ada acara di sekolahan laen. Aye jadi perwakilan juge," jelas Fatim.

"Di mane?"

"Surabaya, Nyak."

"Jauh bener."

"Iye, Nyak. Izinin ye, Nyak. Pelase." Fatim menyatukan telapak tangannya dan menunjukannya pada enyak.

"Plas-plis, plas-plis," cicitnya mengejek.

"Ye elah si Enyak. Udeh ah, aye jalan. Enyak darah tinggi mulu." Fatim menyalami tangannya, lalu mencium pipi kanannya, kemudian berangkat.

Di jalan sepedanya oleng.

Brak!

Troroat pun menjadi akhir landasannya.

"Argh, pagi-pagi udeh kena sial aje gue," gerutu Fatim.

Ia berdiri, membangunkan sepedanya, lalu memeriksa bannya.

"Buset dah gua mah. Nih sepeda udeh  bosen ame gue kali ya? Romannya tiap gue berangkat,  pasti aje bocor. Kampret lo," cercanya mantap.

Bek.

Kakinya menendang ban bocor itu.

Pessss.

Malah makin parna bocornya. Fatim pun mendorong ninjanya ke bengkel terdekat.

Usai ditambal, ia melanjutkan menggoes sepedanya menuju sekolah.

Sampailah ia di sekolah. Ia sedikit kesiangan, padahal dari ini adalah hari senin. Ia langsung berlari ke kelas melempar tasnya dari depan pintu, lalu berlari ke lapangan untuk ikut upacara bendera.

Sedang hidmat upacara, ada teman sebarisanya pingsan. Barisan itu menjadi kacau. Mereka mengelilingi Dila yang pingsan.

"Bukannya ditolongin, malah diliat. Pea lu padaan!" sergah Fatim sembari menggendong Dila ke UKS.

Cah Semprul ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang