58. Keberanian Sang Fatim.

17 1 0
                                    



Mereka sudah joged ria, dengan minuman yang telah menjalar ke otak dan tubuh mereka. 7 remaja ini sangat menikmati malam dengan alkohol yang mereka beli dengan uang jajan masing-masing.

12.00 am.

Fatim nampak suka akan minuman ini, ia selalu meneguknya. Bahkan sudah 1 botol ia habiskan seorang diri.

Jalannya pun sudah tak lurus, pijakan kakinya terasa ringan. Matanya setengah terbuka, mulut tak pernah berhenti tersenyum dan tertawa. Jalannya sempoyongan, tapi tetap saja berdiri untuk mengiringi musik dj yang membuat pendengar ingin berjoged.

1.00 am.

Datang 3 lelaki dan 2 perempuan. Mereka teman Nesa juga. Mereka datang terlambat, karena mereka party dulu di tempat lain. Nambah banyaklah jiwa-jiwa di basecamp ini.

3.00 am.

Mereka terkapar di atas permadani yang mereka pijak sedari awal. Wajah sinis, senyum menyeringai, mata yang mengintai Fatim sejak ia datang.

Ya, lelaki yang mengenakan hoodie berwarna hitam mengintai Fatim. Dia memang tampan, tapi nampaknya ia memiliki ide licik.

Di saat semua terkapar, si hoodie hitam ini menggendong Fatim, membawanya ke kamar. Tangan si Hoodie Hitam membuka celana gadis awam ini.

Fatim sangat tak sadarkan diri. Ia tak sadar, bahwa ia tengah digenjot olah lelaki yang baru bergabung.

Paginya, Fatim bangun dengan mata yang susah untuk dibuka. Ia merasakan berat di dadanya. Mata yang menyipit ini perlahan terbuka.

Didapatinya seorang pria tanpa baju, tengah tidur di dadanya. Bahkan Fatim dapat merasakan panasnya kepala si Hoodie Hitam.

Matanya melotot, melihat lelaki menindihnya. Segera tangannya mendorong kepala panas itu. Ia masih melotot, melihat dadanya yang mulus ini terbuka indah.

"Aaaaaaaa!" jeritnya, sambil menarik selimut, menutupi tubuhnya.

"Setaaaan, apaan ini anjeeeeeng!" raungnya lagi, merasa kurang puas, jika hanya menjerit sekali.

Lelaki itu terbangun, akan suara cempreng dari Fatim. Matanya terbuka, menatap Fatim yang menutupi tubuh dengan selimut.

Senyuman manis terpancar di lelaki itu. "Kamu udah bangun, Yang?" tanyanya, dengan cengengesan.

"Lo apain gue, Anjeng?!" bentaknya penuh amarah dan kekecewaan.

Lelaki itu mendekatinya. "Gue suka sama lo. Jadi lo harus jadi milik gue," bisiknya.

Bak!

Kepalan tangan Fatim segera menampol wajah tampan si Mesum. "Jiji gue ama lo, anjeng!"

***

Fatim kini berada di rumahnya. Wajahnya sangat pucat, rambutnya yang berantakan itu digelung di atas kepalanya. Nampak wanita Korea saja.

Duduklah ia di atas kasurnya, meratapi hidupnya yang sudah hancur. Masa depannya tak dapat diharapkan lagi, semuanya telah hancur dalam satu malam.

Sudah mah dapat masalah besar. sampai di rumah, ia diomeli enyak habis-habisan, karena ia menginap di tempat lain.

Fatim membuka hoodinya di kamar mandi. Terdapat lebam di lengannya, diakibatkan hantaman dari gagang sapu yang enyak halaukan padanya.

Jongkok dengan keran yang mengalirkan air. Pandangannya kosong, banyak sekali masalah yang akan ia hadapi di hari-hari esok.

*** 

Cah Semprul ( Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang