#75 - The truth

149 21 21
                                    

New York City

"Kau suka makanannya?" tanya Daniel kepada Daisy.

Daisy mengunyah steak yang ada di dalam mulutnya dan menelannya sebelum menjawab. "Tentu saja. Ini enak. Aku belum pernah ke restoran ini sebelumnya." Daisy bergurau.

Daniel tampak memutar bola matanya lalu mendesah. "Das, ini rumahku. Dan kau tahu, aku membuat steak ini dengan resep turun-temurun di keluargaku."

"Jadi, aku memakan makanan khas sebuah keluarga Irlandia?" ucap Daisy sambil tertawa.

Daniel mengangguk. "Tentu saja. Bagaimana jika aku membuatkanmu makanan ini untuk acara makan malam saat ulang tahunmu?"

"Ide yang bagus. Dan akan lebih baik jika kau yang memasak semuanya." Daisy kembali tertawa. "Aku hanya bercanda."

Daniel tersenyum melihat Daisy yang terus-menerus tertawa. Itu hal yang membuatnya bahagia. "Aku tidak akan keberatan untuk melakukan itu."

"Aku akan sangat senang jika kau tidak keberatan."

Mereka berdua melanjutkan makan malam itu dengan hening. Sesekali Daniel melontarkan candaan dan membuat mereka berdua tertawa atau mereka sama-sama menertawakan saat awal mula mereka bertemu dulu. Untuk sesaat, mereka ingin waktu berhenti berputar karena mereka merasa begitu beruntung memiliki satu sama lain dan telah berada dan bertahan di sisi satu sama lain untuk beberapa tahun belakangan kebersamaan mereka. Setidaknya itu yang terjadi di rumah itu sampai seseorang mengacaukannya.

"Das! Daisy! Di mana kau?!" suara itu mengalihkan perhatian Daisy dan Daniel dan seseorang keluar dari pintu belakang dengan langkah yang terkesan tergesa-gesa.

"Niall?" Daisy bangkit dari tempat duduknya dan menatap Niall dengan keterkejutan di wajahnya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya.

Niall menatap Daisy dengan tajam lalu berlalu melewatinya untuk menghampiri Daniel. Niall menarik kerah kemeja Daniel sehingga pria itu berdiri lalu melayangkan sebuah pukulan di wajah pria berambut hitam itu. Daniel tersungkur dan Niall segera berada di atasnya lalu memukulinya dengan membabi buta sedangkan Daisy hanya bisa berteriak dan mencoba untuk menghentikan Niall.

Bodoh! Mengapa Daniel diam saja?

Daisy memberanikan diri menarik tangan Niall sehingga pria itu tidak bisa memukul Daniel lagi. Slap! Sebuah tamparan mendarat di wajah Niall yang merah. "Lepaskan tanganmu darinya!" teriak Daisy.

Niall menaikkan sebelah alisnya namun tidak melepaskan tangannya dari baju Daniel.

"Lepaskan kubilang!" Daisy kembali berteriak. Niall melepaskan tangannya dari Daniel lalu bangkit. "Apa yang kau lakukan, hah?!"

Niall menaikkan sebelah alisnya. "Aku? Apa yang kau lakukan di sini bersama pria brengsek ini?! Sudah kuperingat—"

"Satu-satunya pria brengsek di antara kalian adalah KAU!" pekik Daisy. "Kau! Mengapa kau diam saja, hah?" Daisy menunjuk Daniel sambil berteriak.

Daniel mengelap ujung bibirnya yang berdarah. "Das—"

"Dia tidak akan membalas apapun karena dia tahu dia bersalah." Niall tergelak.

Daisy menatap Niall dengan tajam. "Bersalah?"

"Biar kukatakan padamu jika kau harus menjauhi pria ini karena dia berbahaya. Dia telah bekerja sama dengan Barbara Palvin untuk membuatmu tidak bisa kembali padaku." Ucap Niall.

Slap! Sebuah tamparan kembali mendarat di wajah Niall. "Kau seharusnya malu mengatakan itu! Apa kau lupa jika kau yang telah melepaskan aku? Kau marah padanya karena dia yang membuatmu tidak bisa kembali padaku? Iya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang