Los Angeles City
Angel sudah bersiap mengenakan jaket, masker dan juga kacamata. Ia berharap jika tidak akan ada yang mengambil gambarnya dan perjalanannya ke London akan berjalan lancar. Ya, di sanalah mereka, di bandara internasional Los Angeles. Angel dengan sangat giat membujuk ayahnya untuk mengizinkannya pulang untuk mengikuti summer camp; oh tidak, sebenarnya dia tidak akan mengikuti summer camp, gadis itu hanya ingin pulang. Berkat bantuan beberapa orang, akhirnya ayahnya mengizinkannya pergi.
"Mengapa kau tersenyum?" Tanya Niall.
Angel menatap ayahnya, "Kok Daddy tahu aku tersenyum? Wajahku, 'kan ditutup?" Tanya Angel.
"Daddy bisa membaca matamu." Ucap Niall ketus—dia masih tidak percaya dia telah mengizinkan Angel pergi. Dia menyesali keputusannya tetapi orang yang akan menemani Angel merupakan orang yang tidak bisa diragukan jika dia akan membawa Angel dengan selamat ke London. Niall merasa beruntung karena ia menemukan orang itu di waktu yang tepat.
"Angel, bersiap, sayang." Ucap Celina—ya, sang penyelamat adalah Celina. Entah mengapa wanita itu selalu muncul di saat yang tidak terduga dan menjadi sosok penyelamat. Dan entah Niall harus merasa beruntung atau justru takut karena Celina selalu muncul di mana pun tanpa ia duga sebelumnya, dan lagi dia tahu semuanya.
Angel mengangguk, "Oke, Auntie Cel." Angel menunjukkan tangannya yang membentuk simbol OK. "Jadi, Daddy bisa membaca ekspresi seseorang dari sorot matanya?" Tanya Angel.
Niall mengangguk, "Ya."
"Daddy jangan ketus begitu, Daddy akan merindukanku nanti." Ucap Angel.
Niall berlutut, mengusap wajah putrinya, "Sayang, Daddy mengkhawatirkanmu." Ucapnya.
Angel menangkupkan wajah Niall dengan kedua tangannya, "Aku sudah besar. Daddy tidak lihat? Auntie Cel akan menjagaku, Auntie Cel juga mengantar Apple dari London ke New York. Daddy percaya kepada Auntie Cel, kan?" Tanya Angel.
Aku selalu percaya Celina, tidak ada yang meragukan itu. Niall mengangguk. "Ya, sayang."
"Aku akan kabari Daddy saat aku sampai di London." Angel mencium wajah ayahnya. Angel menarik diri dari ayahnya, "Apple, sayang ke marilah."
Apple mendekat ke arah saudarinya, "Kau terdengar seperti Mommy."
Angel tertawa, "Aku akan jadi Mommy suatu hari nanti." Ucapnya lalu memeluk saudaranya dengan erat. "Selamat bersenang-senang, Apple. Nikmati waktumu." Bisiknya.
Apple balik memeluk Angel dengan erat, "Tidakkah kau berpikir kita bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi? Aku tidak tahu kapan kita akan bertemu dan tinggal bersama lagi." Bisiknya.
"Kita akan memiliki waktu sangat banyak untuk kita habiskan berdua dengan beberapa kemungkinan, satu-jika Daddy dan Mommy kembali bersama, dua-kau dan Mommy kembali ke London, tiga-aku yang pindah ke New York."
Apple menarik diri dari pelukan Angel, "Kau tahu, semua kemungkinan itu sangat tidak mungkin." Ucap Apple, "Tidak ada yang masuk akal."
"Kita akan membuatnya mungkin. Kau percaya keajaiban? Jika tidak, kau tidak perlu khawatir karena aku masih percaya. Kepercayaan dan keyakinanku akan membuatnya nyata."
Apple mengangguk, "Aku percaya dan keyakinan kita yang akan menjadikannya nyata. Kau dan aku."
Angel tersenyum, "Kita akan memikirkan rencananya lagi nanti, sekarang aku hanya ingin kau menghabiskan waktu bersama Daddy—hanya kalian berdua. Aku percaya kalian adalah partner yang hebat. Aku akan menunggu kehebatan yang akan kalian ciptkaan dan membuatku kagum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Incomplete 2
RomanceBOOK 2: Almost. He waits with all his dreams. He knows her heart. He's almost there. [Highest rank #2 out of 3.39k stories in niallhoran | 9-12.8.20] Copyright © 2016-2020 by juliamulyana. All Rights Reserved.