#25 - US [b]

1.6K 285 54
                                    

"Apple, aku lelah." Angel merengek dan dia duduk di trotoar dengan kedua kaki dalam posisi lurus sementara Apple sudah berjalan sedikit lebih jauh.

Apple menghentikan langkahnya dan berbalik untuk menatap saudarinya. "Angel, ayo!" ucapnya. Angel menggeleng. Apple kembali untuk menghampiri Angel. "Kau lihat, di depan ada kedai es krim. Aku mau es krim." Ucap Apple.

"Kalau begitu pergi ke sana, beli dua es krim dan kembali ke sini." Ucap Angel.

Apple mendengus pasrah. "Baiklah. Tunggu di sini dan jangan ke mana-mana."

Angel mengangguk menyetujui. "Cokelat dan vanilla, ya?"

"Iya." Apple berbalik dan pergi menuju kedai es krim.

Angel duduk di tepi trotoar yang sepi. Jalanan itu memang sepi, tempat dimana mereka berada hanyalah beberapa blok dari apartemen dan daerah ini memang masih sepi bahkan Angel tidak menemukan anak yang seumuran dengannya di apartemen—mungkin belum. Dia dan Apple telah berencana untuk pergi bermain dan membiarkan ibu dan ayah mereka menghabiskan waktu bersama, tidak peduli jika itu hanya membiarkan mereka berdua memasak bersama. Itu juga bagian dari rencana. Setidaknya, ibu dan ayah mereka tidak bertengkar dan itu merupakan kemajuan yang bagus.

"Angel!" seseorang memanggil—meneriaki namanya dan membuat gadis kecil itu mengedarkan pandangannya untuk mencari sumber suara itu.

Angel menemukan seorang—dua orang gadis kecil seumuran dengannya berjalan menghampirinya. Satu dari mereka berambut blonde dan yang lainnya dark brown.

"Hey, kau sedang apa?" tanya si rambut blonde.

Angel menatap kedua gadis itu dengan bingung.

"Senang melihatmu di sekolah lagi. Kau sudah bisa mengendalikan dirimu, ya?" cibir gadis yang lainnya.

Angel mengepal kedua tangannya dengan kuat. Kedua pipinya sudah memerah karena darah di dalam tubuhnya mendidih akibat perkataan kedua gadis itu. Angel mengingat kembali bagaimana mereka memerlakukan Angel di sekolah itu dulu sehingga akhirnya dia menyerah karena terlalu lelah.

"Wow! Lihat, dia mengepal kedua tangannya. Sepertinya sebentar lagi dia akan memukul kita seperti waktu itu." Ucap si rambut cokelat.

Sabar, Angel, sabar. Angel terus memutar kalimat itu di dalam kepalanya. Dia memang pernah melakukan itu—memukul salah satu dari gadis di hadapannya saat ini. Dia melakukan itu karena menurutnya, kedua gadis itu telah sangat keterlaluan. Angel dijauhi teman-temannya karena mereka. Angel sering keluar masuk ruang konseling karena mereka. Angel harus mengulang beberapa mata pelajaran karena mereka padahal Angel bukanlah anak yang bodoh. Apakah mereka masih tidak cukup jahat? Mereka sudah terlalu jahat.

"Mengapa kau diam saja? Kau takut, ya?" si rambut blonde itu tergelak.

Angel hendak membuka mulutnya namun dia mengurungkan niatan itu. Bagaimana jika mereka terlibat adu mulut karena Angel tidak bisa menahan diri? Atau bahkan yang lebih parahnya bagaimana jika Angel berakhir dengan menampar atau menjambak rambut mereka? Lalu, apa yang akan dikatakan ibu dan ayahnya?

"Hey, Angel! Jawab!" sentak si rambut cokelat.

Angel mengedarkan pandangannya ke sekeliling, berharap Apple segera datang dan membawanya pergi karena tidak mungkin dia yang memutuskan untuk pergi—dia akan semakin dicibir. Mata Angel berbinar penuh harapan saat melihat Apple berjalan ke arahnya dengan dua buah es krim di tangannya.

"Maaf, nona-nona, aku ada urusan dengan Angel." Ucap Apple sesaat setelah dia berada di samping Angel. "Ayo, Angel!"

Angel ingin melompat kegirangan. "Apa itu milikku?" tanyanya.

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang