#2 - A cardsharp

1.8K 305 40
                                    

New York City

Apple memarkirkan sepedanya di dalam garasi, jantungnya berdegup kencang dan kakinya mendakak lemas saat dia melihat pintu rumahnya terbuka. Ibunya pasti pulang lebih cepat dari biasanya. Apple berdiri tepat di bawah tangga teras rumahnya, dia menyatukan kedua tangannya di dada dan berdoa. Berdoa supaya ibunya tidak menanyakan banyak hal karena dia terlambat pulang hari ini.

Apple menarik napas panjang kemudian menghembuskannya, dengan ragu dia menaiki tangga dan masuk. Matanya berkeliling di ruangan tamu, sepi. Apple berjalan pelan menyusuri rumahnya dan benar, sepi.

"Mom?" Apple menengok semua ruangan di lantai bawah dan tidak ada orang. Tinggal lantai atas yang belum dia periksa. "Mom?" Apple menengok kamar Daisy dan kosong, dia menengok kamarnya dan tidak ada siapa-siapa. Tinggal kamar sebelahnya yang belum dia periksa.

"Mom?"

Yang dipanggil menjawab. "Apple, kau sudah pulang?"

Apple masuk ke dalam kamar itu dan untuk sepersekian detik dia hanya terdiam mematung melihat siapa yang sedang bersama ibunya. "Ellie?"

"Apple! Apple, kau tahu kalau aku akan menginap di sini malam ini." Ucap Ellie yang sedang menyisir boneka Barbie miliknya.

"Itu terdengar bagus." Apple tersenyum. "Aku akan berganti pakaian dulu."

"Apple tunggu!" Daisy menghentikan Apple sebelum bocah itu pergi meninggalkan kamar.

Yang dipanggil menoleh. "Ada apa?"

"Mommy ingin berbicara denganmu." Daisy menggandeng tangan Apple dan membawanya menjauh dari Ellie.

Daisy membawanya ke balkon, sekarang Apple mulai dilanda ketakutan. Dia sudah menduga jika ibunya akan bertanya banyak kepadanya. Mendadak udara di sekitarnya terasa dingin dan membuat tangan Apple sedingin es.

"Kau dari mana?" Tanya Daisy.

Deg! Pertanyaan itu, pertanyaan yang tidak ingin dia dengar. "A...aku... aku habis dari... rumah... Dave. Ya, aku dari rumah Dave." Ucap Apple gugup.

"Apa yang kau lakukan di sana?" Tanya Daisy lagi.

"Hmm... belajar, kami habis mengerjakan tugas bersama." Ucap Apple, kali ini dia mencoba tampak meyakinkan.

"Apakah mengerjakan tugas setiap hari?" Tanya Daisy penuh selidik.

Diam. Apple hanya bisa menautkan jari-jemari tangannya dan menunduk. Dia tidak sanggup menatap wajah marah ibunya. Dia tahu ini kesalahannya. Dia juga sudah tahu jika cepat atau lambat, ini akan terjadi, hari ini akan tiba.

"Bukan berarti saat Mommy harus pulang terlambat untuk bekerja lembur, lalu kau bisa pulang dan meninggalkan rumah sesuka hatimu. Apple, dengar! Di luar sana tidak aman. Kau pikir Mommy tidak tahu jika kau selalu pulang terlambat setiap harinya? Kau pikir Mommy tidak mengawasimu karena Mommy tidak berada di rumah?"

Rasanya ada beban sepuluh kilogram di tengkuk Apple dan membuat bocah itu tidak mampu mengangkat kepalanya sehingga dia hanya bisa tertunduk. "Ma... maafkan aku, Mom."

"Ini rumah Mommy dan peraturan Mommy yang berlaku di sini. Dan kau tahu apa akibatnya jika kau melanggar peraturan itu, kan?" Tanya Daisy.

"I... iya, Mom."

"Mulai besok dan tujuh hari setelahnya, Mommy yang akan mengantar dan menjemputmu di sekolah." ucap Daisy dengan tegas.

"Iya, Mom. Aku mengerti. Maafkan aku." Ucap Apple.

Daisy maju selangkah dan menarik Apple ke dalam pelukannya. "Apple, Mommy hanya khawatir. Mommy tidak bermaksud untuk marah padamu. Hanya saja, Mommy takut terjadi sesuatu padamu. Saat sesuatu yang tidak diinginkan terjadi padamu, maka disitulah Mommy merasa gagal dalam menjagamu."

Incomplete 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang